Mbah Waki, Hidup Sendirian di Bekas Penyimpanan Keranda Mayat

Mbah Waki, Hidup Sendirian di Bekas Penyimpanan Keranda Mayat

Rinto Heksantoro - detikNews
Kamis, 07 Des 2017 14:02 WIB
Mbah Waki duduk di depan tempat tinggalnya. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Purworejo - Seorang kakek renta di Purworejo, Jawa Tengah, bertahan hidup dalam kemiskinan. Kakek sebatang kara itu bahkan hanya mengandalkan uluran tangan tetangga dan menyambung hidup dengan menjadi pembersih makam.

Adalah mbah Waki (87), warga RT 01/ RW 02, Dusun Blok Pasar, Desa Jenar Wetan, Kecamatan Purwodadi. Dia kini menempati rumah yang hanya memiliki satu ruangan dengan ukuran 2,5x3 meter. Mirisnya, kamar yang selalu melindunginya dari terik matahari dan hujan itu dulunya merupakan tempat untuk meletakkan keranda jenazah di kampung itu.

Bahkan, rumah tanpa aliran listrik tersebut hingga kini masih digunakan untuk menyimpan payung untuk jenazah, meja dan kursi untuk meletakkan jenazah. Meski terkesan seram, namun tidak demikian bagi kakek yang hidup sebatang kara tanpa sanak saudara dan keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak takut, biasa saja. Ya mau gimana lagi, saya juga nggak punya rumah adanya cuma ini ya saya syukuri saja," kata mbah Waki ketika ditemui detikcom di rumahnya, Kamis (7/12/2017).

Suasana di dalam tempat tinggal mbah Waki.Suasana di dalam tempat tinggal mbah Waki. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom

Ketika tidur, ia pun harus ditemani oleh beberapa ekor ayam yang dikandang dalam kamarnya. Walaupun bau kotoran ayam sangat menyengat, namun setiap malam kakek renta itu tetap bisa terlelap dalam kegelapan.

Untuk menyambung hidup, mbah Waki mengaku harus bekerja serabutan membantu tetangga kanan kiri. Termasuk membersihkan makam yang letaknya hanya bebeberapa meter dari rumah kayu reot yang ia tumpangi.

Payung dan meja jenazah masih disimpan di dalam bangunan yang ditinggali mbah Waki.Payung dan meja jenazah masih disimpan di dalam bangunan yang ditinggali mbah Waki. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom


"Kalau ada yang membangun rumah ya saya bantu sebisanya, suruh bersihin halaman, nyabut rumput juga mau, bersih-bersih kuburan juga nggak apa-apa lah. Meski cuma upah sedikit yang penting bisa buat beli nasi. Tetangga juga ada yang bantu kasih makanan alhamdulillah," imbuhnya.

Meski sudah berumur, namun ia masih terlihat sehat dan punya ingatan yang baik. Kepada detikcom ia juga menceritakan sekelumit kisah ketika pernah mengalami zaman penjajahan Jepang.

Mbah Waki membersihkan makam.Mbah Waki membersihkan makam. Foto: Rinto Heksantoro/detikcom


"Dulu baju celana aja dari karung goni, zaman yang sangat sulit. Sekarang saya sudah bisa seperti ini saja sudah bersyukur," lanjutnya sambil duduk di depan kamarnya.

Sementara itu Kepala Desa setempat, Suroto (64), menuturkan bahwa mbah Waki yang menjadi warganya itu memang sejak dulu tidak pernah punya keluarga. Pihak desa telah mencatat mbah Waki dalam keluarga miskin dan mendapatkan bantuan beras sejahtera (rastra) sebanyak 15 Kg per bulan.

"Ya kami hanya bisa bantu semampunya seperti rastra setiap bulan. Untuk bedah rumah sendiri tidak bisa karena itu bukan rumah sendiri dan tanahnya juga tanah bengkok milik desa," tuturnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads