"Aksi ini respon kejadian kemarin (Selasa, 5/12) adanya tindakan represif oknum aparat terhadap teman-teman aktivis. 15 aktivis ditangkap tanpa alasan jelas, dituduh provokator, 3 orang di antaranya luka-luka akibat diinjak dan dipukuli," kata koordinator aksi, Fandi Atmajaya, di sela-sela aksi di Jalan Raya Solo, Yogyakarta, Rabu (6/12/2017).
Aliansi menilai pemicu kondisi panas di Kulon Progo saat ini adalah kebijakan PT AP yang memaksakan kehendak melakukan land clearing. Padahal, kata Fandi, masih ada puluhan warga yang melakukan penolakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demo di depan kantor PT AP I, Yogyakarta. Foto: Ristu Hanafi |
Menurutnya, proyek NYIA tak ubahnya usaha penghancuran ruang hidup atas dalih pembangunan proyek strategis nasional. Yakni ratusan rumah dan ratusan hektare lahan produktif di lima desa di Kecamatan Temon yang terdampak proyek NYIA digusur paksa.
Suasa demo di depan kantor PT AP I, Yogyakarta. Foto: Ristu Hanafi |
"Setidaknya sampai saat ini masih ada 38 rumah dan pekarangan warga yang menolak bandara, terancam oleh aksi penggusuran paksa," imbuhnya.
Aliansi Tolak Bandara menuntut pihak Angkasa Pura bertanggung jawab dan meminta kepolisian mengusut tuntas insiden kekerasan terhadap aktivis.
"Negara harus bertanggung jawab. Kita tuntut kejadian kemarin diusut tuntas, dari perobohan paksa bangunan warga yang menolak bandara hingga tindakan represif oknum aparat yang dilakukan tidak sesuai prosedur," imbuhnya. (sip/sip)












































Demo di depan kantor PT AP I, Yogyakarta. Foto: Ristu Hanafi
Suasa demo di depan kantor PT AP I, Yogyakarta. Foto: Ristu Hanafi