Selain itu, intensitas curah hujan yang terjadi wilayah di DIY juga mengalami peningkatan. Akibatnya terjadi angin kencang dan longsor di sejumlah lokasi.
"Kejadian angin kencang di Sleman di kawasan Merapi bagian selatan sudah ada 60 kejadian. Kemudian di Kabupaten Bantul terdapat 27 kejadian dan di Kulonprogo 10 kejadian," kata Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Krido Suprayitno di kantor BPBD DIY di Jl Kenari, Yogyakarta, Kamis (23/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Sleman didominasi pohon tumbang, beberapa baliho roboh. Ini yang menyebabkan perbedaan tahun 2017 dengan 2016. Tahun 2016 lalu banyak longsor di Sleman, Gunungkidul dan Kulonprogo," kata Krido.
Dia menambahkan jumlah kerugian untuk di Sleman mencapai Rp 900 juta. Sedangkan total untuk 3 kabupaten, lebih dari Rp 1 miliar. Untuk di Bantul saat ini relatif sedikit, sementara untuk di Kulonprogo selain pohon tumbang juga harus di waspadai tanah longsor. Kerusakan yang paling banyak adalah infrastruktur seperti tebing di pedesaaan atau pemukiman.
"Korban jiwa atau luka tidak ada, (kerusakan) benda atau barang-barang tetapi bukan harta benda ya," katanya.
Dia memprediksikan puncak hujan terjadi pada bulan Februari yang diawali bulan Desember tahun ini. Tetapi secara faktual pada bulan November sudah terjadi.
"Saat ini perlu kewaspadaan semua komponen. Untuk saat ini belum darurat bencana dan masih bisa ditangani dengan reguler dengan dana-dana yang ada," pungkas Krido.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini