Jenazahnya dibawa menggunakan mobil ambulans dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Isak tangis pun mewarnai kedatangan jenazah Wami. Orang tua Wami, Wagiyono dan Suparmi, tak bisa menutupi kesedihan. Saat tiba di rumah duka, jasad Wami yang sudah dikafani. Usai disalatkan, segera dimakamkan di pemakaman desa.
"Kalau sudah menjadi kehendak Allah saya rela. Walaupun hati ini masih terasa sedih. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa anak saya, diberikan tempat yang Allah ridai," tutur Wagiyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 7 WNI Tewas, Kecelakaan Bus Maut di Malaysia akan Diselidiki
Ibunda Wami, Suparmi, menceritakan bahwa putrinya yang masih berusia 19 tahun itu merantau sejak 23 September 2017 lalu. Dengan bekerjanya Wami di Malaysia, dia diharapkan bisa memperbaiki ekonomi keluarga.
Kondisi ekonomi keluarga Wami memang tak begitu beruntung. Suparmi sehari-hari berjualan cilok dan makanan sejenis lontong. Sedangkan Wagiyono dahulunya seorang tukang kayu yang kini mengalami sakit paru-paru.
Nasib berkata lain. Baru satu bulan merantau, Wami mengalami kecelakaan maut. Dia termasuk dalam rombongan pekerja pabrik Sony EMCS yang tertabrak bus pekerja Plexus Manufacturing, Selasa lalu.
Atas meninggalnya Wami, keluarga memperoleh santunan dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp 85 juta. Selain itu keluarga juga akan memperoleh santunan dari BNP2TKI dan PT Sony EMCS.
"Beberapa santunan dan asuransi sudah diproses. Dari Provinsi Jawa Tengah, BNP2TKI dan perusahaan juga sedang diproses. Mengenai jumlahnya belum tahu, nanti dikirim langsung ke rekening," ujar Sekretaris Dinas Tenaga Kerja, Afif Ajiputro. (mbr/mbr)