Truk-truk pasir juga tidak bisa masuk ke dasar sungai yang punya kedalaman hingga ratusan meter. Para penambang pasir biasanya mengangkut atau mengendongnya naik turun dari dasar sungai ke tempat yang mudah diambil. Kelompok masyarakat di Dukuh Candi Baru, Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali membuat alat yang bisa meringankan pekerjaan menambang pasir.
Alat itu dari sepeda motor yang dimodifikasi menjadi alat angkut untuk menaikkan pasir dari dasar Sungai Jurang Grawah di Dukuh Candi Baru ke atas atau pinggi jalan.
Cara kerjanya mirip sebuah kereta gantung. Dengan alat ini, mereka lebih mudah dan cepat menaikkan pasir daripada secara manual diangkut dengan cara digendong.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan alat itu dibuat dengan memodifikasi sepeda motor menjadi penarik beban, yakni pasir dari dasar jurang sungai ke atas. Pasir yang diambil penambang kemudian ditempatkan pada drum yang dibelah. Drum yang berisi pasir itu kemudian digantungkan pada tali seling baja yang dipasang dari dasar jurang hingga atas.
"Ada dua tali seling yang dipasang. Satu sebagai rel dan satunya lagi untuk menarik drum keatas yang diikatkan pada roda belakang sepeda motor," katanya.
Menurutnya karena dasar sungai yang dalam membutuhkan tali baja sekitar 130 meter. Setelah pasir dinaikkan ke drum, mesin sepeda motor kemudian dihidupkan dan digas. Roda belakang motor berputar sekaligus menarik tali seling yang terikat pada drum tersebut.
Untuk menurunkan drum lanjut Nurudin, tinggal melepas saja maka roda belakang motor akan berputar mundur. Sedangkan untuk memperlambat lajunya, juga menggunakan rem pada motor tersebut.
Dia mengaku adanya alat buatan sendiri itu, pendapatan mereka pun meningkat dibandingkan sebelumnya yang dilakukan secara manual dengan cara digendong.
"Kalau digendong dalam sehari paling hanya mengambil pasir dari dasar jurang 6 kali sudah lelah. Seminggu baru dapat satu rit (ukuran untuk satu bak mobil pick up)," jelasnya.
Dia menambahkan untuk mebuat alat ini menghabiskan biaya Rp 13 juta. Biaya sebesar itu termasuk untuk membeli sepeda motor bekas dan biaya merakit.
"Ini sepeda motor komplit, BPKB dan STNK ada, pajaknya juga hidup," imbuhnya.
Menurutnya dengan alat ini, dalam sehari mereka bisa menaikkan pasir dari dasar jurang mencapai 3 sampai 5 rit. Penambangan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 8 orang.
"Kami mencari pasir hanya mengandalkan hujan. Kalau hujan deras dan banjir, ya banyak pasir. Kalau seperti sekarang ini masih sulit pasir," katanya.
Menurut Nurudin, harga pasir saat ini Rp 250 ribu per rit. Hasil menambang itu kemudian dibagi rata untuk 8 orang, setelah dikurangi biaya operasional. Anggota kelompoknya tidak hanya laki-laki, namun juga ibu-ibu yang lebih banyak kerja di dasar jurang untuk mengumpulkan pasir.
![]() |
Namun jika belum ada pasir yang terkumpul, maka semua anggota akan turun mencari pasir bersama. Setelah terkumpul banyak, baru dinaikkan menggunakan alat itu.
"Kami kerja cari pasir setelah pekerjaan di rumah dan ladang selesai. Biasanya, pagi kami kerja di rumah dulu. Jam 09.00 atau 10.00 WIB baru cari pasir. Pukul 12.00 WIB istirahat siang, terus Pukul 13.00 WIB kembali lagi hingga pukul 16.00 WIB," imbuh Jumadi.
Alat modifikasi sepeda motor untuk menambang pasir di wilayah Boyolali saat ini tak hanya satu milik Nurudin dan kelompoknya saja. Beberapa kelompok warga lainnya juga sudah ada yang membuat. Mereka mengaku meniru dari daerah lain seperti di Bali dan Dieng untuk mengangkut sayuran.
Warga secara berkelompok dari masing-masing RT berjumlah 15 orang anggota secara patungan membuat alat itu. Kerja mereka terbagi beberapa kelompok. Pendapatan dibagi untuk penambang, operasional dan sebagian masuk kas RT. (bgs/bgs)