Panci alumunium, wajan/alat penggoreng, panci, dandang nasi, cetakan kue apem, poci tanah liat hingga ceret logam digantung di depan kios. Sapu lidi, sikat ijuk, kemoceng dijual di tempat itu.
Pembeli kebanyakan para wisatawan yang melintas di jalur tersebut baik dari arah Solo dan Yogyakarta atau sebeliknya dari arah Semarang.
Para pedagang di Pasar Kriya dulunya tidak berjualan barang-barang perabot rumah tangga dan mainan. Mereka sebelumnya berjualan makanan dan minuman seperti intip goreng, kue serabi, es kelapa muda, es buah hingga buah kelengkeng yang menjadi buah khas di sekitar tempat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjualan berbagai perabot rumah tangga tersebut, mereka terlebih dahulu menjual makanan dan minuman seperti degan (kepala muda), intip, maupun es buah, kelengkeng dan lainnya. Ketika itu, para pengguna kendaraan yang melintas di jalan tersebut berhenti sejenak untuk istirahat.
"Kami dulunya jualan makanan dan minuman seperti intip dan es kelapa muda. Kemudian ada yang menawari untuk menjual wajan, dandang maupun lainnya. Ternyata laku. Semua barang-barang ini rata-rata dari kulakan," kata Sumiyatun (54), salah satu penjual perabotan rumah tangga.
Dia mengatakan barang-barang perabot rumah tangga dan peralatan dapur tersebut diambil dari Boyolali. Yang terbuat dari bahan tembaga diambil dari Tumang, Cepogo. Sedangkan dari bahan aluminium dari Kembang Kuning.
"Untuk peralatan dapur, kami ambil dari Boyolali. Harga termurah panci kecil Rp 15.000. Sedangkan yang mahal wajan dengan diameter 1 meter seharga Rp 800 ribu," tutur Sumiyatun, yang telah 10 tahun berjualan di Lopait, Tuntang, itu.
Mainan anak-anak truk dan kuda-kudaan dari kayu diambil dari Magelang. Untuk cobek batu diambil dari Muntilan. Saat ini juga menjual penutup nasi dan makanan diambil dari Banjarnegara. Teko untuk teh poci dari kerajinan gerabah di Bayat Klaten. Sedangkan kerajinan enceng gondok dari sekitar Kabupaten Semarang.
"Barang dagangan yang asli dari sini hanya hiasan bunga-bungaan dan anyaman piring dari bambu," katanya.
![]() |
Menurut Sumiyatun pada saat hari Minggu atau libur nasional, banyak pembeli yang datang. Namun jika pada hari-hari biasa, tidak terlalu ramai. "Seperti saat liburan Lebaran atau Idul Adha kemarin, ya ramai sekali," ujar dia.
Pedagang lainnya, Rinto (40), mengaku, barang-barang yang asli dibuat perajin dari kawasan Tuntang hanya hiasan bunga-bungaan saja. Namun beberapa bahan baku untuk daun maupun bunga-bungaan dari luar daerah. Sedangkan tangkai kayu diambil dari bahan pohon kopi dari sekitar wilayah Tuntang.
"Kalau untuk hiasan bunga-bungaan ini termurah Rp 50 ribu dan termahal ukuran besar mencapai Rp 350 ribu," kata Rinto.
Menurutnya sebelum jalan Tol Semarang sampai Salatiga selesai pendapatan pedagang terutama saat Lebaran maupun libur sekolah meningkat. Namun semenjak jalan tol beroperasi ada penurunan karena kendaraan pribadi tidak lagi melewati kawasan Tuntang.
Pasar di Lopait ini terletak sekitar 45 km dari arah Semarang. Sekitar 7 km dari arah Kota Salatiga dan sekitar 30 km dari arah Magelang.
Mereka berjualan di pinggir jalan baik di kanan maupun kiri jalan. Para penjual menggantung barang dagangannya yang memudahkan pengguna jalan melihatnya. Barang-barang seperti wajan, panci, ceret hingga sapu, semuanya digantungkan sehingga tambah menarik minat.
Bila anda lewat di Pasar Kriya Lopait, jangan lewatkan untuk berbelanja di kios-kios UMKM di tempat itu. Semua layak untuk dijadikan oleh-oleh atau cindera mata. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini