Mbah Sepi, Pembatik Tulis Tradisional yang Tersisa di Purworejo

Mbah Sepi, Pembatik Tulis Tradisional yang Tersisa di Purworejo

Rinto Heksantoro - detikNews
Senin, 02 Okt 2017 16:29 WIB
Foto: Rinto Heksantoro/detikcom
Purworejo - Motif batik tulis tradisional Purworejo, Jawa Tengah tidak jauh berbeda dengan motif yang berkembang di Yogyakarta, Solo dan wilayah selatan Jawa. Beberapa motif yang ada diantaranya kawung, melati seconthong, kopi pecah ada ukel.

Tidak banyak yang meneruskan tradisi batik tulis di Purworejo dan sekitarnya. Sepini alias Mbah Sepi (73) salah satu pembatik tradisional yang masih bertahan menekuni batik tulis di Purworejo, Jawa Tengah. Dia membatik sejak muda hingga sekarang ini.

Berbagai batik tradisional khas Purworejo telah dibuatnya. Meski ahli dalam dunia batik, namun Mbah Sepi panggilan akrabnya itu tidak tahu sama sekali jika hari ini merupakan Hari Batik Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya nggak tahu mas, dari dulu saya juga nggak pernah tahu kalau ada hari batik nasional, tahunya hanya mbatik saja, sebagai hobi dan nguri-uri kabudayan, sekaligus menambah penghasilan," ungkap dia.

Dia adalah salah satu pengrajin batik adal Dusun Gentan, Desa Malangrejo, Kecamatan Banyuurip, Purworejo yang hingga kini masih setia membuat batik tulis tradisional. Ia sudah membatik sejak tahun 1956.

"Ya sudah sejak tahun 1956, sampai sekarang juga masih," tutur ibu dengan 12 anak itu kepada detikcom, Senin (2/10/2017).
Pembatik tradisional di PurworejoPembatik tradisional di Purworejo Foto: Rinto Heksantoro/detikcom


Dia menceritakan belajar membatik sejak masih gadis sejak tahun 1956. Ia sendiri belajar dari tetangganya dulu yang namanya Mbah Mursid.

"Sekarang Mbah Mursid sudah meninggal, wong dulu saya belajar dari Mbah Mursid waktu masih gadis," imbuhnya.

Sepi sendiri, hafal betul berbagai motif batik klasik yang ada. Mulai dari motif buntal, slempang, kopi pecah, melati seconthong, ukel dan puluhan motif lainnya. Ratusan kain batik telah dihasilkan dari tangannya.

Dari sekian banyak motif, ia sendiri mengaku kewalahan jika harus membuat motif ukel.

"Paling gampang ya motif kawung, nggak sampai seminggu jadi, tapi kalau ukel sulit. Saya kadang nggak telaten karena rumit dan lama buatnya bisa sampai sebulan," lanjut Mbah Sepi.

Hasil karya dengan malam itu kemudian diserahkan kepada pengrajin lain yang akan mewarnainya sesuai selera. Satu lembar kain dengan lukisan malam itu dihargai rata-rata Rp 150 ribu.

"Saya kembalikan lagi ke juragan batiknya, terus saya dapat upah Rp 150 ribu lembar," pungkasnya.

Mbah sepi berharap tetap diberi kesehatan agar tetap bisa membatik terus demi menambah penghasilan.

Selain Mbah Sepi masih ada beberapa orang generasi tua yang melestarikan batik tradisional di Purworejo. Seperti Suyati (60), yang masih tetangga dengan Mbah Sepi juga berharap batik tulis di Purworejo tetap bertahan sampai sekarang.

"Semoga batik tulis seperti ini tetap ada terus, kalau nanti hilang diganti dengan batik cap atau cetakan, terus nggak ada yang mau pakai batik tulis gimana coba," kata Suyati.










(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads