Cerita Anak Pahlawan Revolusi Kolonel Sugiono

Cerita Anak Pahlawan Revolusi Kolonel Sugiono

Edzan Raharjo - detikNews
Jumat, 29 Sep 2017 14:14 WIB
Foto: Edzan Raharjo/detikcom
Sleman - Kolonel (anumerta) Sugiono, merupakan salah seorang korban peristiwa Gerakan 30 September (G 30 S). Kolonel Sugiono meninggal pada 1 Oktober 1965 pada usia 39 tahun. Dia dimakamkan di TMP Kusumanegara, Yogyakarta dan mendapat gelar sebagai Pahlawan Revolusi.

Istri Kolonel Sugiyono, Supriyati Sugiono sudah meninggal pada Januari 2017 lalu. Tujuh orang anaknya telah menyebar di sejumlah kota seperti di Jakarta dan Yogyakarta. Dua putra Kolonel Sugiyono tetap memilih tinggal di Yogyakarta.

Putra ke 6 dari Sugiono, Ganis Priyono bercerita bagaimana situasi detik-detik saat sang ayah tercinta hilang diculik dan diketemukan sudah dalam keadaan meninggal dalam kondisi mengenaskan.
Pemakaman pahlawan revolusi Kol. SugionoPemakaman pahlawan revolusi Kol. Sugiono Foto: Edzan Raharjo/detikcom

Awalnya ia enggan untuk bercerita karena seperti mengingat-ingat kembali peristiwa yang menyedihkan bagi keluarganya. Tetapi kemudian ia mau berbagi agar bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kolonel Sugiono dibunuh oleh PKI. Kejadian di Yogya di Kentungan, Sleman yakni di markas Yon L sekarang menjadi 403," kata Ganis Priyono.

Pada waktu itu Ganis baru berumur 2 tahun. Ibunya dalam keadaan mengandung adiknya.

"Waktu itu bapak (Kolonel Sugiono) merangkap jabatan jadi Dandim Jawa Tengah dan diangkat Kasrem di 072 Pamugkas," kata Ganis Priyono sambil menunjukan dokumen-dokumen foto, saat ditemui di rumahnya di jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Yogyakarta, Jumat (29/9/2017).

Sebelum perisitiwa penculikan, Sugiyono melakukan perjalanan dari Semarang ke Yogyakarta dengan mobil dinas untuk melapor ke Brigjen Katamso yang saat itu sebagai Danrem 072 Pamungkas.

Saat dalam perjalanan di sekitar Ambarawa, dia dicegat oleh Mayor Suryotomo saat itu berpangkat Kapten yang mengingatkan agar tidak ke Yogya karena situasi sedang tidak kondusif. Sugiono sempat bimbang tetapi tetap melanjutkan perjalanan ke Yogya sekalian menyelidiki situasi yang dikatakan tidak kondusif tersebut.

"Sampai Makorem di Jalan Sudirman (saat itu), masuk ke ruangan untuk mencari keberadaan Pak Katamso. Mencari-cari di ruangan, tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan Pak Katamso. Menelepon ke rumah Pak Katamso juga tidak nyambung," katanya.

Peristiwa itu lanjut Ganis adalah perjalanan ayahnya menuju Yogyakarta yang berakhir dengan tragis. Setelah itu dia hilang setelah mencari-cari komandannya Kolonel Katamso waktu itu.

Ayahnya ternyata ikut diculik dan kemudian ditemukan sudah dalam keadaan meninggal. Jenazahnya ditemukan dalam satu lubang dengan Katamso di Kentungan. Jenazah Brigadir Jenderal (Anumerta) Katamso dan Kolonel Infanteri (Anumerta) Sugiono ditemukan di lubang yang sekarang menjadi Monumen Pahlawan Pancasila yang berada satu kompleks dengan Batalyon Infantri 403/Wirasada Pratista Yogyakarta di Kentungan, Condong Catur, Depok, Sleman. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads