Proses masuknya racun pestisida pada anak-anak, berdasarkan penelitian, bisa karena saat menghirup secara langsung residu pestisida, atau saat mereka tengah terlibat dalam kegiatan pertanian. Bahkan bisa juga melalui hasil panen bawang yang disimpan di dalam rumah, sehingga residu pestisida bisa menyebarkan masuk ke tubuh anggota keluarga.
"Umumnya warga desa menyimpan hasil panen di atas dapur. Sebelum disimpan, hasil panen ini disemprot pestisida anti jamur agar tidak busuk. Karena sering terkena udara panas dari api dapur, kulit bawang akan kering dan pestisida tersebut juga akan mengering. Saat kering itulah, pestisida dan menjadi serbuk dan bila terkena angin akan jatuh masuk ke dalam masakan yang ada di bawahnya," ungkap Rasipin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari semua anak penderita gondok, sebanyak 42,7 persen mengalami gangguan pertumbuhan badan dan selebihnya menderita anemia, berperawakan kurus, dan gizi buruk. Sementara itu dampak lainnya adalah tingkat kecerdasan yang juga menurun.
"Stunting itu disebabkan karena hormon berkurang, dalam hal ini yang sudah kami teliti karena tiroidnya turun karena terpapar pestisida. Kalau tiroid rendah maka pertumbuhan menjadi terhambat. Hormon tiroid juga berpengaruh terhadap kecerdasan," papar Rasipin.
"Waktu kami menghubungkan antara penderita goiter dengan prestasi anak tersebut, makin tinggi paparan, anak menjadi gondok dan prestasi jeblok. Datanya ada di saya, angkanya bisa selisih 10 poin dari yang normal. Mau jadi apa ke depannya. Sudah anaknya kecil, IQ jeblok, bagaimana bisa mereka bersaing nantinya," lanjutnya.
Sebelumnya Rasipin menjelaskan bahwa dalam penelitian ini dilakukannya sejak tahun 2011 sebagai bahan tesisnya.
Pada tahun 2015, Rasipin meneliti anak-anak dari 13 SD di wilayah Puskesmas Kalimati. Hasilnya, tahun 2015 dari jumlah 170 anak yang diteliti, ada satu anak yang terkena gondok. Jumlah ini sama dengan 0,006 persen.
Berikutnya pada tahun 2016, dari 252 anak yang diteliti, tidak ada satupun yang terkena gondok. Kemudian pada tahun 2017, terjadi kenaikan jumlah kasus gondok yakni dari 676 anak yang diteliti, ditemukan 61 anak menderita gondok. Angka ini sama dengan 0,09 persen.
Wabah gondok yang menyerang sentra bawang merah ini juga pernah diteliti pada tahun 2015 lalu di desa yang berbeda. Penelitian ini juga mengungkap angka penderita gondok di wilayah pantura tepatnya di wilayah Puskesmas Kluwut Kecamatan Bulakamba. Sampel penelitian mengambil darah 50 anak kelas 5 SD Dukuhlo 1 Bulakamba. Dari hasil penelitian ini, 36 anak dinyatakan menderita penyakit gondok.
Data keseluruhan di Puskesmas Kluwut yang wilayahnya mencakup sejumlah desa di Bulakamba termasuk Desa Dukuhlo, rata-rata penderita gondok mencapai 32,17 persen pada tahun 2012, tahun 2013 naik menjadi 48,97 persen dan terus naik pada 2014 yakni 50,46 persen. Angka ini masuk dalam katagori endemis berat.
"Daerah bisa dikatakan sebagai endemis manakala penderitanya sudah mencapai 30 persen. Sedangkan ini sudah lebih dari itu. Ini karena tidak ada penanganan dari pemerintah," kata Rasipin. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini