Metode tersebut dianggap lebih cepat menghasilkan garam jika dibanding dengan yang tidak memakai plastik.
Salah satu petani garam asal desa Banggi Kecamatan Kaliori, Wakijan menuturkan, proses pengkristalan garam yang menggunakan plastik hanya membutuhkan waktu empat hari, paling lambat seminggu. Sedangkan tanpa plastik, proses pengeringan bisa sampai sepuluh hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, para petani di Rembang sedang berburu plastik untuk digunakan dalam proses produksi garam.
"Sudah ada tiga orang yang pingin beli plastik saya, tapi tidak saya jual. Mereka menawar Rp 1 juta untuk satu roll ukuran 4,4 x 42 m. Saya punya 6 roll bantuan Kugar tahun 2015 yang belum sempat dipasang karena tahun 2016 tidak ada kemarau. Sementara petani lainnya sudah banyak yang dijual," ujar Sanyoto, salah satu petani di Kecamatan Kaliori.
Kini sebagian petani garam mengaku menyesal telah menjual plastik yang didapat dari bantuan Kugar pada tahun 2015 silam. Sedangkan saat ini produksi garam menggunakan metode plastik dianggap lebih menguntungkan.
"Dulu mereka banyak yang menjual satu roll plastik seharga Rp 700 ribu pada tahun 2016. Dan tahun 2017 sudah tidak ada bantuan plastik," pungkasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini