Monumen Ngoto, Saksi Bisu Jatuhnya Dakota VT-CLA

Monumen Ngoto, Saksi Bisu Jatuhnya Dakota VT-CLA

Usman Hadi - detikNews
Jumat, 28 Jul 2017 20:46 WIB
Foto: Dok TNI AU/detikcoom
Bantul - Pesawat carter Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya untuk Indonesia dibawa menuju Yogyakarta. Saat itu Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Di luar wilayah Yogyakarta dikuasai Belanda. Wilayah Semarang dan sekitarnya menjadi basis Belanda di Jawa Tengah.

Tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dipiloti oleh Alexander Noel Constantine (Australia), Co-pilot Roy L.C. Hazelhurst (Inggris), Juru Mesin Bhidaram terbang dari Malaya menuju Yogyakarta.

Penumpang lainnya adalah Zainal Arifin selaku Konsul Dagang RI di Malaya, Ny. Noel Constantine, Abdulgani Handonotjokro serta Komodor Muda Udara (Kolonel) Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh, Opsir Muda Udara I (Lettu) Adisumarmo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua pesawat pemburu Kitty Hawk memburu pesawat Dakota dari Semarang. Senapan mesin dua pesawat Kitty Hawk Belanda itu membombardir pesawat Dakota VT-CLA.

Pesawat kemudian terbakar dan jatuh di Ngoto, Sewon, Bantul pada pukul 17.00 WIB. Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan bantuan Palang Merah Malaya itu akhirnya jatuh di Ngoro sebelum mendarat di Lapangan Udara Maguwo. Tempat jatuhnya pesawat sekitar 3 km arah selatan Yogyakarta.

Untuk mengenang para korban, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh, akhirnya didirikan Monumen Ngoto tanggal 1 Maret 1948. Sekarang monumen ini berganti nama menjadi Monumen Perjuangan TNI AU. Jasad Adisutjipto yang sebelumnya di TPU Kuncen Yogyakarta kemudian dipindahkan sekitar tahun 2001.

Menurut Staf Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Dispenau) Letkol Sus Yuto Nugroho, insiden diserangnya Dakota VT-CLA berawal saat Belanda melancarkan agresi militer tanggal 21, 25 dan 27 Juli 1947. Hampir seluruh pangkalan udara yang dimiliki AURI (sekarang TNI AU) diserang. Belanda juga marah saat Adisutjipto melakukan serangan di wilayah tangsi militer Belanda di Semarang, Ambarawa dan Salatiga pada malam hari dengan menjatuhkan bom.

"Peristiwa agresi militer tersebut akibat tidak puasnya Belanda, atas Perjanjian Linggarjati yang diteken tanggal 25 Maret 1947," ujar Yuto saat dihubungi detik.com, Jumat (28/7/2017).

Saat agresi militer I itu Lapangan Udara Maguwo luput dari serangan Belanda. Karena saat Belanda melakukan agresi di pagi hari, Pangkalan Udara Maguwo diselimuti kabut tebal.

Sebagai upaya balasan atas agresi militer yang dilakukan Belanda, empat pesawat disiapkan AURI. Empat pesawat itu yakni dua Cureng, satu Hayabusha dan satu Guntei, dengan target menyerang tangsi-tangsi Belanda di Salatiga dan Semarang. Namun akhirnya hanya tiga pesawat yang berangkat, sementara pesawat Hayabusha tak jadi berangkat karena rusak.

Menjurutnya pesawat Guntei tugasnya menyerang pelabuhan laut Semarang, sementara dua pesawat cureng ditugaskan menyerang tangsi militer Belanda di Salatiga. Pesawat Guntei dan satu pesawat Curen berhasil melakukan operasi udara sesuai rencana. "Sementara satu pesawat Ccuren lainnya karena kegelapan pagi kehilangan arah, sehingga pesawat diarahkan ke Ambarawa," terangnya.

Di Ambarawa ternyata ada sebuah tangsi militer Belanda, bom seberat 50 kilogram dijatuhkan dari pesawat curen gtersebut dan asap pun mengepul. Serangan tersebut membuat Belanda sehingga pihak Belanda menyiapkan sejumlah pesawat untuk melakukan serangan balasan. Akhirnya Dokata VT-CLA menjadi salah satu sasaran Belanda.

"Semua meninggal kecuali satu orang awak yang selamat yakni Abdulgani Handonotjokro," katanya.

Untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur tersebut, akhirnya setiap tanggal 29 Juli ditetapkan sebagai hari bakti TNI AU. Sementara untuk mengenang jatuhnya Dakota VT-CLA, didirikan Monumen Perjuangan TNI AU atau yang lebih dikenal sebagai Monumen Ngoto.

(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads