Namun saat ini tanaman ini digemari masyarakat karena warna bunganya yang indah. Di Gunungkidul sendiri dulunya, tanaman yang disebut 'Bambang Procot' ini dibenci warga karena mengganggu pertumbuhan tanaman palawija.
"Sebelum Bunga Amarilis di sini terkenal sejak 2015 lalu, bunga ini lebih dikenal sebagai hama," ungkap pemilik pekarangan atau Taman Bunga Amarilis di Gunungkidul, Sukadi (46), Sabtu (15/7/2017).
Menurut dia, warga menyebutnya 'Bambang Procot'. Di lahan pertanian tanaman ini selalu dicabuti atau dibabat habis. Boleh dikatakan hampir punah dan jarang ditemui lagi. Pada awalnya, dia sengaja menanam itu agar tidak punah dan terjaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha Sukadi melestarikan bunga ini tidak sia-sia. Sekitar tahun 2015 taman bunga miliknya mekar, sehingga tanaman ini semakin dikenal luas masyarakat. Pandangan warga pun mulai berubah, tidak lagi melihat bunga ini hanya sebagai hama tanaman.
"Perawatan bunga ini simpel saja. Cukup dikasih pupuk, dan dapat sinar matahari yang cukup, tanaman ini sudah bisa berkembang dengan baik," tuturnya.
Karena banyak orang yang senang, dia kemudian mengembangkan bibit bunga amarilis. "Bibitnya dijual ke siapa saja. Bibitnya ada yang jual online," tambahnya.
Untuk Bunga Amarilis yang berada di taman, menurut Sukadi tidak dia jual. Sementara lokasi pembibitannya terpisah dengan taman miliknya. "Bibit bunga ini saya jual Rp 2 ribu atau Rp 3 ribu. Tapi ya tidak pasti, saya jual kalau ada yang pesan," katanya.
Sukadi mengakui sekarang mulai banyak warga yang tertarik menanam bunga ini. Buktinya mulai banyak pemesan bibit ke tempatnya. "Bunga ini biasanya mekar akhir akhir November. Cuma tidak tahu sekarang ini sudah mulai mekar," katanya. (bgs/bgs)