Keterbatasan ekonomi karena orangtuanya tidak mampu bekerja sempat membuat Febri panggilan akrabnya itu harus mengurungkan niat untuk melanjutkan dibangku kuliah. Tekadnya kuat untuk kuliah tidak terbendung. Namun berulang kali orangtuanya mengingatkan dia untuk menunda keinginan itu untuk bekerja setelah lulus SMA.
Kedua orang tua Febri kini tidak lagi memiliki penghasilan yang tetap. Ayah Febri yang sebelumnya bekerja sebagai satpam di sebuah perumahan di daerah Nagoya, Batam. Ayahnya harus berhenti bekerja beberapa tahun lalu karena sakit yang diderita pada kakinya.
Ibu Febri, Ny Rentejer Panjaitan sempat membuka kios kecil di depan rumah. Namun gulung tikar karena sedikit modal yang dimiliki akhirnya habis dipakai untuk menutup keperluan lain. Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka hanya bisa mengharapkan dukungan dari kakak-kakak Febri yang sudah bekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Febri mengungkapkan selama ini dirinya memang ingin kuliah, tapi keluarga selalu bilang tidak usah. Kuliah itu hanya untuk orang yang mampu.
"Waktu saya tahu bahwa saya dapat UKT 0, saya langsung peluk orang tua saya. Saya bilang kepada mereka kalau saya bisa kuliah tanpa harus membayar uang kuliah," katanya.
Sejak masih duduk di bangku SMA, Febri telah memantapkan hati ingin melanjutkan studi di bidang farmasi. Dia ia percaya dengan ilmu ini nantinya dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, setiap kali ia menuturkan cita-citanya kepada kedua orang tuanya, lagi-lagi persoalan ekonomi menjadi penghalang. Kedua orang tua Febri mendorongnya untuk langsung bekerja setelah lulus SMA. Setelah bekerja baru memikirkan untuk melanjutkan pendidikan jika sudah bisa mengumpulkan biaya.
Oleh karena itu, dia sengaja tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya bahwa dia mendaftarkan diri di UGM melalui jalur SNMPTN. Dia takut akan menambah beban pikiran kedua orang tuanya.
"Bagi saya kuliah itu harus, karena dengan kuliah kita bisa berkembang. Tapi kalau orangtua sudah bilang seperti itu, kan tidak mungkin dipaksa. Jadi keinginan saya itu hanya bawa dalam doa saja. Benar-benar tidak menyangka saya akhirnya bisa kuliah di kampus yang saya inginkan," ungkap anak bungsu dari empat bersaudara ini.
Rentejer mengaku kegigihan anaknya dalam menuntut ilmu hingga meraih berbagai prestasi memang selalu membuat keluarga kagum dan bangga. Namun, kondisi ekonomi keluarga membuatnya harus berpikir secara realistis. Dia meminta Febri untuk mengurungkan niatnya.
"Setiap orang tua pasti ingin anaknya kuliah, supaya nanti hidupnya tidak susah seperti orang tuanya. Tapi kembali lagi kan anak-anak tidak tahu situasi di rumah seperti apa," katanya.
Dia selalu bilang kepada Febri, mau kuliah bayarnya memakai apa. Dalam hatinya merasa pilu ketika mendengar keinginan Febri untuk kuliah. Dia juga tidak tega mematikan semangat Febri mengejar cita-citanya.
"Apa mau jual rumah. Saya bilang sama Febri, tidak ada uang, nak. Tidak usah kuliah, nanti saja cari kerja dulu. Saya hanya bisa mendoakan saja," kata Rentejer.
Dia mengaku kalau orangtuanya bilang tidak usah kuliah, Febri hanya diam saja. Tetapi sebagai orangtua, dirinya juga tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya.
"Waktu dia kasih tahu diterima di UGM, kami langsung pelukan. Kami nangis, benar-benar tidak menyangka karena waktu dia mendaftar itu pun saya tidak tahu. Puji Tuhan Febri bisa menerima bidikmisi," kata dia.
Saat Febri akan berangkat menuju Yogya untuk menempuh kuliah di UGM, dia hanya menitipkan pesan dan harapan, agar kesempatan yang berharga ini sungguh-sungguh dimanfaatkan dengan baik untuk mempersiapkan masa depan dan menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat.
"Tidak semua orang bisa dapat kesempatan seperti ini. Ini adalah berkat Tuhan. Jadi rajinlah belajar, waktunya dimanfaatkan supaya dia bisa berhasil nantinya," pungkas Rentejer. (sip/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini