Ada banyak gambar mural yang bisa kita temui di sekitar Yogyakarta terutama yang dikerjakan oleh para pekerja seni yang dulu tergabung dalam Jogja Mural Forum (JMF) di tahun 2007-2008. Beberapa mural yang masih bisa kita lihat saat ini diantaranya di bekas gedung bioskop Pertama di Jalan Gajah Mada, pojok timur Jalan Pasar Kembang dan tembok dan tiang di jembatan layang Lempuyangan, Yogyakarta.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu sebagian yang masih tersisa dan masih bisa dilihat. Sebagian lainnya di lain tempat sudah berganti dengan mural lain, bahkan ada juga telah rusak oleh keisengan orang-orang yang melakukan aksi corat-coret vandalisme.
Di jembatan layang Lempuyangan yang menghubungan Jalan Dr Sutomo dengan Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, mural-mural menarik karya beberapa seniman masih bisa kita lihat. Meski ada yang berganti gambar mural lain, sebagian dipenuhi coretan-coretan vandalisme dan kertas-kertas pamflet berbagai promosi, namun sebagian lainnya masih bisa dinikmati. Ini merupakan mural terbesar di Yogyakarta yang dibuat sekitar tahun 2008.
Mural-mural di tempat itu diinisiasi oleh Jogja Mural Forum yang dimotori Samuel Indratma bersama teman-teman pekerja seni lainnya. Beberapa seniman yang terlibat diantaranya Sutjipto Wibagso (65) atau dikenal dengan Mbah Tjip, pelukis kaca Sulasno, Dani Juniarto dan lain-lain. Mbah Tjip adalah seorang pelukis layar dekorasi panggung ketoprak dan wayang orang yang tinggal di belakang panggung balet Ramayana Pura Wisata Yogyakarta.
![]() |
Di tembok jembatan Lempuyangan sisi utara di bagian sisi barat dan timur, dia menggambar cerita Ramayana lakon 'Rama Tambak'. Di sisi tembok sisi barat ada rombongan kera anak buah Hanoman yang siap menyerang kerajaan Alengka dengan membendung laut membangun sebuah menjadi jembatan. Sedangkan di sisi timur ada beberapa tokoh raksasa, anak buah Rahwana yang siap menghadang.
Di bagian lain di bawah jembatan juga tergambar sebuah pintu gerbang kerajaan yang merupakan ciri khas karya buatan Mbah Tjip sebagai pelukis dekorasi panggung.
![]() |
Di bagian lain juga ada gambar dari seniman lain yang membuat cerita Ki dan Nyi Brayut serta legenda dan cerita rakyat Joko Tarub dan Dewi Nawangwulan. Dua cerita legenda ini juga mengandung pesan cerita legenda di Jawa itu seakan sudah terlupakan oleh generasi sekarang.
Selain itu ada juga gambar tokoh punakawan Petruk Bagong dengan tulisan 'Eling lan Waspada' serta tulisan pendek sarat pesan; "Aja Adol Negara".
![]() |
Mural-mural ini sangat menarik karena penuh makna. Para seniman Yogyakarta yang terlibat proyek ini telah mampu merubah jembatan layang di bagian bawah ini menjadi lebih berwarna dan menarik. Sayangnya karya-karya menarik itu menjadi rusak karena sudah banyak yang yang dicoret-coret aksi vandalisme maupun berganti gambar mural lainnnya. (bgs/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini