Dalam acara 'Babar Gambar Bandara Anyar', pemenang basic design contest, yakni PT Virama Karya, menyampaikan rencana desainnya. Airport planner PT Virama Karya, Benyamin Aris Nugroho, mempresentasikan desainnya di depan sejumlah budayawan, antropolog, dan beberapa pejabat PT AP I di Yogyakarta, Jumat (17/3/21017).
Dalam pekerjaan basic design dan design development, pihaknya berharap para budayawan dan antropolog yang hadir saat itu bisa ikut memberikan masukan untuk desain yang diusulkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu dipaparkan sejumlah gambar rencana desain yang telah dibuat. Sebagai transfer place, kata Benyamin, pihaknya tak lagi hanya memikirkan gedung. Bandara NYIA akan disebut sebagai pintu gerbang dari Yogyakarta yang mewakili identitas seluruh penghuni di dalamnya dan memberikan latar pengalaman baru bagi para tamunya.
"Tidak lagi mikir gedung, tapi memikirkan kori, regol, atau gerbang. Dalam hal ini sebagai gerbang dari Yogyakarta, kami sebut sebagai Kori Agung Ngayogyakarta Hadiningrat," ulasnya.
Tak hanya itu, ekspektasi penumpang juga berusaha diserapnya. Benyamin memberi contoh soal parkir, ekspektasi pengguna di antaranya adalah aman, nyaman, pencapaiannya mudah dan mudah diingat.
![]() |
Mengenai konsep arsitektur, Benyamin menyatakan NYIA akan menjadi galeri seni. Interiornya akan menyampaikan berita tentang Yogyakarta dan Kulon Progo. Glagah dan gumuk sebagai interprestasi tentang Yogyakarta bagian selatan akan dihadirkan. Di sela ornamen glagah, akan diselipkan simbol bunga Wijaya Kusuma yang bemakna budaya Yogyakarta sudah terbangun ribuan tahun lalu dan terus ada di masa yang akan datang jika generasi penerus tetap menjaga dan memperkaya budaya tersebut.
Penggunaan produk lokal seperti tegel kunci penuh motif juga rencananya akan menambah suasana khas Yogyakarta. Benyamin juga menyampaikan ada artwork berupa lampu-lampu berpola batik motif truntum yang akan bergerak mengarahkan penumpang ke arah tertentu. Artwork ini akan secara semiotik dapat mengarahkan penumpang. Dengan demikian, meskipun ada petunjuk berupa tulisan tapi penumpang bisa tahu ke arah tanpa perlu membaca itu.
Sedangkan bagian atap bandara akan didesain dengan motif batik mitif kawung yang merupakan simbolisasi pencapaian menuju hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan berbagai desain yang direncanakan itu, Bandara NYIA nantinya didesain untuk mencapai satu titik tujuan agar pengguna bisa merasakan sensasi baru tanpa kehilangan akar budaya.
"Penumpang pesawat juga bisa menikmati motif kawung ini dari ketinggian. Dari ketinggian NYIA akan tampak seperti hamparan jarik atau kain batik bermotif kawung," lanjutnya.
Menanggapi paparan itu, antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Heddy Shri Ahimsa, memberikan beberapa masukan. Salah satunya agar lebih berhati-hati dalam bagian detail, termasuk salah satunya jangan sampai misalnya ada salah penulisan nama dan istilah lokal yang dipakai. Selain itu juga ditegaskan agar selalu dipertimbangkan menggunakan kori agung yang disimbolkan sebagai pintu gerbang, harus memperlihatkan yang khas ornamen Yogyakarta. (sip/mbr)