Narkoba sempat benar-benar membuat Gito jatuh. Pria kelahiran Biak, 1 November 1947 bahkan dikeluarkan dari The Rollies karena keakrabannya terhadap barang haram itu.
Ketika usianya menginjak 50 tahun, Gito memilih berubah. Pemilik suara serak-serak basah yang sempat dua tahun mengenyam ilmu di jurusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini pun mendalami agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat kondisinya masih bugar, dia sering datang ke Bandung. Selama ini Gito sangat perhatian sama orang tua," ujar kakak Gito Jimunadi kepada detikbandung, di rumah orang tua Gito di Cijerah blok 15 No.13, RT 4 RW 12, Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan, Kamis (28/2/2008) malam.
"Saya salut karena dia juga mendalami agama. Sejak mendalami agama, dia sering memberi nasihat ke keluarga. Dia tidak melihat siapa kakak atau adik untuk memberi nasihat. Selama ini keluarga kita dididik dengan demokrasi," lanjut Jimunadi.
Namun semenjak sakit, pria yang mendapatkan penghargaan Kalpataru pada 1979 berkat lagunya Kemarau itu, menjadi jarang lagi berkunjung.
"Selama kondisi sakit, Om Gito memang gak tentu kalau datang ke rumah embah (Tukiman, red). Tapi yang saya tahu, paling sebulan sekali berkunjung ke Bandung." ujar Jantan Pramaputra (25) yang merupakan keponakannya Gito Rollies.
Kabar dipanggilnya Gito, terasa mengejutkan keluarga. Walau begitu, seluruh keluarga besar yang selama ini terus memberikan doa dikala Gito sakit serius, menerima secara ikhlas meninggalnya vokalis sekaligus aktor ini. "Saya ridho dan ikhlas. Ini sudah kehendak dari Allah," ujar Galih, anak Gito. (lom/lom)