Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengingatkan agar pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru tak boros lahan. Ia mencontohkan Washington DC sebagai kota yang berhasil memanfaatkan lahan dalam membangun kota.
Sekadar diketahui, pemerintah menetapkan luas lahan IKN sebesar 256.100 hektare. Luasan itu lebih besar dari rencana sebelumnya sebesar 200 ribu hektare. Sementara itu, Ridwan Kamil menyebutkan Washington DC hanya memiliki luas 17.000 hektare. Ia menekankan fungsi livability atau tingkat daya hidup agar IKN menjadi kota yang nyaman.
"Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita, kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan," kata pria yang akrab disapa Kang Emil dalam acara Pro Talk Series#2 IAI, Kamis (10/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kang Emil khawatir masyarakat merasa seperti berada kawasan industri saat mengakses istana negara. Sebab, rencana pembangunan IKN masih cenderung menggunakan paradigma membangun dalam skala besar. Dia mengaku berprinsip dalam mendesain ruang kota ataupun IKN, maka pembangunannya harus seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.
"(Kegagalan) itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di ibu kota Myanmar di mana-mana. Berusaha menaklukkan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," kata Kang Emil.
Kang Emil mengatakan membangun kota harus memiliki identitas dan kearifan lokal. Momentum pembangunan IKN merupakan transformasi Indonesia menuju ekonomi hijau. Ia mendorong agar Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) merespons melalui kajian keilmuan yang komprehensif.
"Rumus 3D ini harus dijaga dalam pembangunan IKN demi melahirkan peradaban kehidupan yang sustainable," kata RK dalam keterangan yang diterima, Kamis (10/2/2022).
Kang Emil mengusulkan IAI harus dilibatkan dalam pembangunan IKN. RK optimis IAI memberikan kontribusi melalui keilmuannya untuk menumbuhkan pembangunan kota dengan konsep ekonomi hijau. Ia menjamin proses pembangunan akan berjalan lancar.
Simak juga video '4 Mega Proyek Hashim Djojohadikusumo di IKN':