Vaksinator menjadi sosok yang jarang tersorot di balik hingar bingar upaya pemerintah menekan laju kasus COVID-19. Padahal vaksinator menjadi tokoh penting dalam tercapainya rencana herd immunity atau kekebalan komunal di masyarakat yang terus digemborkan.
Perjuangan untuk menyukseskan vaksinasi dialami langsung oleh Fitria Dwiyari, seorang vaksinator COVID-19 yang bertugas di Kabupaten Bandung Barat dan Cimahi. Kendati baru 23 tahun, namun Fitria mampu mengemban tugas yang begitu berat sebagai garda terdepan dalam penanganan COVID-19.
Keluar masuk daerah pedalaman di Bandung Barat telah dilakoni gadis cantik asli Purwakarta yang sebelumnya menempuh pendidikan di Cimahi itu. Sebut saja daerah pelosok semacam Gununghalu, Sindangkerta, hingga Rongga yang berbatasan dengan Cianjur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasti ada suka dukanya. Kalau yang saya alami itu saat ke pelosok, karena kan jarak lokasi vaksinasinya jauh meskipun disediakan kendaraan," ujar Fitria yang merupakan vaksinator COVID-19 dari Sidokkes Polres Cimahi ini kepada detikcom belum lama ini.
Tak cuma jarak, tantangan lain yang dihadapi Fitria yakni meyakinkan warga yang berada di pelosok Bandung Barat, karena masih banyak warga yang hingga saat ini enggan untuk divaksinasi COVID-19.
"Kita sebetulnya enggak bisa memaksa karena mereka juga punya keyakinan yang lain. Tapi harapan saya sebagai vaksinator semua warga mau divaksin biar tujuan kita tercapai," cerita Fitria.
Namun beberapa bulan belakangan, Fitria justru amat terhibur dengan tingkah polah anak usia 6-11 tahun yang juga tengah dikebut vaksinasinya. Dengan telaten, ia menghadapi bocah-bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu.
Ia menyaksikan bagaimana anak-anak dalam balutan seragam merah putih menangis kejer, berteriak histeris, bahkan berlarian karena takut saat hendak disuntik. Alih-alih langsung menyuntik, Fitria memiliki peran baru yakni menenangkan dan membujuk mereka.
"Alhamdulillah kita sebagai vaksinator memang harus kerja keras dan lebih sabar saat menghadapi anak yang menangis karena takut disuntik vaksinasi. Tapi ya itu hiburannya," ujar Fitria.
Beragam cara dilakukan, mulai dari menghibur mereka dengan celotehan, memberi hadiah, bahkan memberikan sentuhan fisik yang kadangkala lebih membuahkan hasil ketimbang kata-kata.
"Ya kita rayu, misalnya nanti kita kasih susu atau apa, kaya gitu karena sebelumnya anak-anak menolak. Terus kita peluk dulu biar mereka juga tenang," tutur Fitria.
Namun satu hal yang pantang dilakukannya yakni memaksa anak-anak untuk divaksinasi. Ia tak mau melakukannya karena khawatir dampak traumatik berkepanjangan yang bakal dialami anak-anak tersebut.
"Akhirnya kita tunda dulu vaksinasinya biar mereka enggak trauma. Yang penting kita sabar dan lemah lembut," sebut Fitria.
Ia berharap apa yang dilakukannya sebagai vaksinator dan tenaga kesehatan berdampak positif pada langkah mengentaskan pandemi COVID-19.
"Semoga segera selesai dan semuanya kembali normal. Tetap menerapkan protokol kesehatan karena sekarang sudah mulai melandai," pungkas Fitria.
(mso/bbn)