Cerita Seni Benjang Batok yang Berhasil Hipnotis Penjajah Jepang

Unak Anik Jabar

Cerita Seni Benjang Batok yang Berhasil Hipnotis Penjajah Jepang

Aldi Nur Fadillah - detikNews
Selasa, 11 Jan 2022 08:36 WIB
Penari Benjang Batok Saung Angklung Mang Koko
Foto: Penari Benjang Batok Saung Angklung Mang Koko (Aldi Nur Fadillah/detikcom).
Pangandaran -

Seni Benjang Batok memiliki cerita menarik di dalamnya. Seni tradisional asal Kabupaten Pangandaran ini konon menjadi media perjuangan para istri agar suaminya tidak menjadi korban romusa penjajah Jepang.

Seni Benjang Batok merupakan tarian yang dimainkan oleh para wanita. Dalam memainkannya para penari membawa batok kelapa dan memukulnya hingga menimbulkan suara yang nyaring. Selain itu alunan musik bambu dan nanyian dari para penari melengkapi seni pertunjukan tradisional tersebut.

Pemilik Saung Angklung Mang Koko mengaku mulai merawat kesenian Benjang Batok sejak 2019 lalu. Kesenian ini lahir di sebuah desa di Kabupaten Pangandaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kesenian Benjang Batok ini dahulu lahir di Dusun Karangpaci, Desa kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran," kata Mang Koko kepada detikcom belum lama ini.

Mang Koko menjelaskan kata Benjang Batok berasal dari Bahasa Sunda, yakni 'ngabebenjo anu nganjang' atau dalam Bahasa Indonesia itu berarti 'memuliakan tamu yang datang'.

ADVERTISEMENT

"Artinya Benjang Batok ini disebut Siloka atau kata lainnya Kirata yang memiliki nama panjang dikira-kira tapi nyata," ucap Mang Koko.

Di Kabupaten Pangandaran sendiri Kesenian Benjang Batok dikembangkan oleh Saung Angklung Mang Koko yang berada di Desa Cibanten, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

Dulu awalnya kesenian Benjang Batok hanya mengandalkan suara ketukan batok yang ditepuk. Kini kesenian ini dikolaborasikan dengan alat musik tradisional.

Alat musik yang mengiringi Benjang Batok, yakni angklung alit atau angklung buncis, kendang, kecrek, jenglong dan terompet.

Mang Koko menyebut untuk jumlah penari Benjang Batok ini tidak memiliki pakem. "Tariannya dilakukan berkelompok, berarti lebih dari satu," ucapnya.

Orang pertama yang menyebut nama Benjang Batok yakni Ibu Eloh, "Karena dia merupakan salah satu penari dan penyanyi Benjang Batok pertama," kata Mang Koko.

Selain itu, Ibu Eloh merupakan pioner munculnya Benjang Batok di Dusun Karangpaci, Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. "Seni buhun ini memiliki nilai-nilai sisa perjuangan untuk bela negara dari penjajah," kata Mang Koko

Pada zaman terjadinya kerja paksa atau romusa yang terjadi di berbagai tempat Indonesia, para perempuan di Pangandaran tidak rela suaminya harus ikut kerja paksa. Akhirnya perkumpulan perempuan di Karangpaci waktu itu berhimpun untuk melakukan cara agar para suaminya tidak ikut diajak romusa.

Maka lahirlah kesenian Benjang Batok yang waktu itu hanya mengandalkan suara tepuk punggung batok kelapa dan nyanyian. "Waktu kedatangan penjajah sekumpulan perempuan Karangpaci membuat gerakan tari dengan menepuk punggung batok kelapa sambil menari dan bernyanyi," kata Mang Koko.

Sebagai sebuah hiburan, Benjang Batok berhasil menghipnotis para penjajah kala itu. Penjajah Jepang merasa terhibur dan asyik menyaksikan gerakan tarian.

"Kesenian itulah yang buat penjajah akhirnya lupa dengan niatnya untuk melakukan romusa pada waktu itu, karena asyik menikmati hiburan Benjang Batok," ucap Mang Koko.

Berkat hal itu, para suami dari penari Benjang Batok berhasil melarikan diri untuk terhindar dari kerja paksa. "Sedangkan para penjajah waktu itu dalam kondisi mabuk," ucap dia.

(mso/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads