Hampir dua tahun korban bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten tinggal di hunian sementara (huntara). Mereka menanti langkah dari pemerintah untuk memberi mereka hunian tetap, pengganti tanah mereka yang hilang karena bencana pada awal 2020 lalu.
Ketua RT 01 RW 02, Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Lebak Gedong Ajum Jumana mengatakan, di tengah keterbatasan itu warga tetap menjalankan aktivitas hariannya.
"Ya, tetap menjalani aktivitas sehari-hari. Yang laki-laki biasanya kerja serabutan, ibu-ibu biasa jadi IRT. Anak-anak sekolah dan mengaji, ya berjalan seperti biasa," ujar Ajum, Rabu (5/1/2022).
Walaupun para korban sedang berusaha bangkit, ujar Ajum, para korban masih membutuhkan bantuan. Apalagi, saat ini bantuan untuk para korban sudah mulai jarang berdatangan.
"Sudah jarang, lima bulan lalu kayanya terakhir datang bantuan sembako. Nah, kalau kemarin tuh ada yang kasih atap alang-alang, itu kita prioritasin buat yang lansia dulu," ujarnya.
Saat ini ada 129 kepala keluarga (KK) dari 137 KK di Cigobang yang masih menempati huntara I sampai IV. Yang lainnya, memilih pindah dari huntara karena berbagai alasan.
"Pada pindah karena kurang nyaman di sini (huntara). Kalau siang panas, kalau hujan terpalnya terbang. Jadi sebagian lebih pilih ngontrak," ujarnya.
Meski kondisi warga terlihat normal, namun banyak yang masih dibayangi bencana dua tahun lalu. Salah satunya Riah, ia mengaku masih mengalami trauma ketika hujan deras disertai angin.
"Masih terbayang ibu mah, kalo hujan terus banyak angin. Waktu itu kan warga panik, lari, nyelamatin diri sama anak," ucapnya.
Trauma tersebut membuat Riah sekeluarga akan terjaga apabila hujan turun. "Enggak bisa tidur kalau hujan, pasti was-was," pungkasnya.
Simak juga 'Indeks Kebahagiaan Warga DKI Turun':
(yum/ern)