Tatang (69) dengan setia masih tampak sabar menunggu para pembeli di sudut luar Alun-alun Kabupaten Sumedang pada malam kemarin, Jumat (31/12). Cimol atau aci digemol adalah panganan yang dijualnya.
Setiap hari, gerobaknya akan terparkir dari mulai pukul 9.00 hingga 16.00 WIB di tempat itu. Khusus malam tahun baru tentu saja berbeda, malam itu akan menjadi momen spesial baginya untuk meraup keuntungan.
Pada malam tahun baru, keuntungan Rp 400 ribu-Rp 500 ribu sudah pasti akan didapatnya dalam semalam. Maka tidak heran, saat itu ia akan dengan suka rela berdagang hingga larut malam.
"Tahun baru biasanya dapatlah 800 ribu sampai satu juta, ya keuntungan bersihnya sekitar 400 ribu, 500 ribuanlah," ungkapnya.
Bagi Tatang, keuntungan itu bak dapat durian runtuh. Uang sebesar Rp 400 ribu, tentu saja bukan untuk piknik atau 'shopping' ke mal tapi akan ia gunakan memenuhi kebutuhan sembako di rumahnya.
Maka, momen tahun baru akan disambutnya dengan penuh suka cita. Bayangan beras, minyak goreng, telur dan sembako lainnya pun mungkin sudah akan melayang-layang di atas kepalanya.
Tapi itu dulu. Sebab, sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, momen tahun baru tidak lebih dari hari-hari biasanya. Bahkan, lebih parah dan lebih berat tantangannya.
"Sudah tiga tahun jalan, sepi begini setiap tahun baru, ditambah lagi sekarang mah segala mahal, minyak mahal," ujar Tatang.
Jangankan keuntungan sebesar dulu, setengahnya pun tidak sampai di momen malam tahun baru saat ini. Begitu pun di hari-hari biasa. "Kalau hari biasa waktu sebelum pandemi paling besar Rp 150 ribu, kalau sekarang di tengah pandemi paling besar Rp 100 ribu, itu mentok rata-ratanya segitu," tutur Tatang.
Dia pun tidak bisa berbuat banyak dengan adanya pandemi COVID-19. Ia sadar pandemi COVID-19 berbahaya dan menjadi ancaman bagi semua orang.
Tatang hanya berharap COVID-19 dapat segera bisa diatasi dan ditanggulangi agar kehidupan bisa kembali berjalan normal. "Bagi pedagang kecil seperti saya mah hanya bisa berharap pandemi bisa segera dapat ditangani," ucap Tatang penuh harap.
Hal senada diungkapkan oleh Entin, seorang pedagang serabi. Malam pergantian tahun biasanya akan menjadi momen kebahagiannya. Sebab, warungnya sudah barang tentu akan ramai pembeli.
"Kalau tahun baru dulu, itu semalam bisa dapat 600 ribu, ya keuntungan bersihnya sekitar 300 ribuan, lumayanlah," ungkapnya.
Sebab, kata Entin, keuntungan yang didapat sehari-hari biasanya paling besar hanya Rp 100 ribu. Itu pun tidak menentu. "Apalagi sejak adanya pandemi, rata-rata paling dapat Rp 50 ribu," ungkap ibu tiga orang anak ini yang biasa berjualan dari mulai pukul 16.00 WIB hingga 22.00 WIB.
(bbn/bbn)