Jangan Ngomong 'Aing' Sembarangan!

Jangan Ngomong 'Aing' Sembarangan!

Faizal Amiruddin - detikNews
Rabu, 22 Des 2021 17:18 WIB
Ilustrasi bahasa yang hilang
Ilustrasi bahasa (Foto: OhioMSC)
Bandung -

Bahasa Sunda memiliki aturan tatakrama dalam penggunaannya. Ada istilah undak usuk basa Sunda yang mengatur bagaimana dan kepada siapa sebuah kata bahasa Sunda diucapkan.

Ada pula istilah unggah-ungguh sebagai pemilihan diksi mana yang harus diucapkan kepada lawan bicara agar terbangun kenyamanan dalam berkomunikasi.

Salah satu kata bahasa Sunda yang menjadi fenomena di kalangan anak muda millenial adalah penggunaan kata aing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya penggunaan kata aing ini dilafalkan saat mereka berbicara bahasa Indonesia. Aing, seperti menjadi bahasa gaul anak muda jaman sekarang.

Di media sosial kerap kita jumpai penggunaannya dicampur dengan bahasa Indonesia. "Aing malu dong, dicuekin sama gebetan," demikian salah satu contohnya di kalangan anak muda.

ADVERTISEMENT

"Aing itu adalah kata yang berarti saya, dengan tingkatan tatakrama bahasa yang tergolong kasar serta terselip kesan kesombongan. Penggunaannya lebih pantas diucapkan kepada teman akrab atau memberi kesan penegasan dalam sebuah ikrar, misalnya Persib nu aing," kata Didin 'Jentreng' pegiat seni dan budaya Sunda di Pangandaran, Rabu (22/12/2021).

Mengenai fenomena penggunaan kata aing dalam pergaulan anak muda, Didin mengaku tidak mempersoalkan.

"Kan digunakan dalam pergaulan sebaya, tak masalah. Kalau pun jadi dicampur dengan bahasa Indonesia, itu beda konteks," kata Didin.

Menurut Didin undak usuk basa Sunda kata 'aing', pada penerapannya dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di sebuah wilayah.

Di wilayah Priangan misalnya, kata aing jelas kasar. Tapi di wilayah Sunda lainnya, di wilayah Pakuan, Pantura atau Banten, kesan atau nilainya akan berbeda.

Terlepas dari hal itu Didin mengajak semua masyarakat Sunda untuk aktif mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anaknya. Sebagai bahasa indung, bahasa Sunda harus tetap diajarkan disamping bahasa nasional.

"Banyak orangtua yang lebih memilih mengajarkan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Sunda kepada anak-anaknya. Dengan alasan lebih mudah, tidak banyak aturan, tidak ada halus kasar," kata Didin.

Alhasil belakangan ini relatif sulit ditemui anak-anak Sunda yang cakap berbahasa Sunda dengan baik, sesuai dengan undak usuk basa.

Umumnya mereka 'berkelit' dengan menggunakan bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahan dalam berbahasa Sunda.

"Porsi pelajaran bahasa Sunda di sekolah tak cukup, karena pengaruh lingkungan lebih kuat. Makanya peran orang tua sangat penting," kata Didin.

(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads