Sebuah bangunan tua berbentuk setengah lingkaran berdiri di tanah lapang di belakang Pasar Tanjungsari atau tepatnya di Kawasan Jatisari, Kabupaten Sumedang. Warga mengenalnya dengan sebutan goa peténg.
Bangunan berukuran sekitar 3x5 meter tersebut tampak tidak terurus dan dibiarkan begitu saja. Itu terlihat dari rumput dan ilalang yang tumbuh liar di sekelilingnya.
Bangunan itu pun tampak tertutup, hanya celah kecil berbentuk lingkaran di bagian belakang dan satu pintu akses masuk di bagian depan yang saat ini telah ditutup oleh potongan-potongan kayu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak tampak adanya jendela atau ventilasi tambahan lainnya. Ketimbang klasik, bangunan itu malah berkesan angker dan misterius bagi warga luar yang belum mengetahuinya.
Menurut warga setempat, bangunan itu merupakan bangunan peninggalan Belanda. Bangunan itu awalnya tertimbun tanah dan baru terkuak bertepatan saat pasar Tanjungsari mulai akan dibangun.
"Kalau kata orang tua dulu, bangunan peninggalan Belanda itu muncul saat ada pengerukan tanah saat pasar Tanjungsari awal-awal akan dibangun," ungkap Pepen (42) saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (20/12/2021).
Menurut cerita orang tuanya, lanjut dia, bangunan itu merupakan tempat persembunyian tentara Belanda. Bangunan itu pun awalnya ada dua unit namun satu unit lainnya telah hancur.
"Saat awal-awal ditemukan disana ditemukan helm prajurit dan pedang serta benda lainnya," terangnya.
Ia menuturkan, tanah lapang dimana bangunan tua itu berdiri merupakan tanah milik pribadi. Tanah itu pun ke sini-sini sempat digunakan sebagai tempat pengolahan kayu dengan bangunan tua itu sebagai kantornya.
"Dulu sempat disana ada pabrik kayu dan bangunan tua itu jadi kantornya," ujarnya.
Setelah tidak digunakan lagi, tambah dia, bangunan itu pun kini ditutup lantaran sering ditinggali oleh orang-orang tidak dikenal.
"Sekarang pintunya ditutup kayu karena dulu pernah ditinggali oleh anak-anak punk," pungkasnya.
(mud/mud)