Mengenal Dyah Pitaloka Sosok Sentral di Balik Perang Bubat

Mengenal Dyah Pitaloka Sosok Sentral di Balik Perang Bubat

Faizal Amiruddin - detikNews
Senin, 13 Des 2021 17:18 WIB
Pengunjung melintas di depan deretan wayang Purwo yang dipajang di Museum Panji di Tumpang, Malang, Jawa Timur, Sabtu (22/8/2020). Museum tersebut didirikan untuk memberikan pengetahuan sejarah tentang budaya Panji yang lahir pada abad ke-14. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj.
Begini Gambaran Perang Bubat di Era Kerajaan Majapahit di Museum Panji di Tumpang, Malang, Jawa Timur/Foto: ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO
Pangandaran -

Sosok puteri Dyah Pitaloka Citraresmi atau Citra Rashmi adalak sosok sentral di balik perang Bubat, kisah sejarah yang merupakan konflik antara kerajaan Sunda dengan kerajaan Majapahit.

Sebagaimana diketahui, perang Bubat terjadi karena kesalahpahaman antara kerajaan Sunda dan kerajaan Majapahit. Maharaja Linggabuana dari kerajaan Sunda memiliki asumsi bahwa putrinya Dyah Pitaloka akan menjadi ratu dengan dipersunting oleh Hayam Wuruk yang merupakan raja Majapahit.

Sementara Patih Majapahit yang tak lain Gajah Mada, berasumsi Dyah Pitaloka hanya sebatas persembahan dari kerajaan Sunda untuk Majapahit. Hanya sebatas selir. Sehingga terjadilah pertumpahan darah. Semua rombongan kerajaan Sunda dibantai habis pasukan Majapahit. Sementara Dyah Pitaloka sendiri memilih bunuh diri, sebagai pilihan yang dia ambil untuk menjaga kehormatan diri dan kerajaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sikap Dyah Pitaloka yang memilih membunuh dirinya dari pada harus diperlakukan sebagai persembahan atau selir, diapresiasi dan menjadi kebanggaan sebuah sikap ksatria bagi kerajaan Sunda ketika itu, bahkan hingga kini.

Tapi ada pula yang justru menyalahkan sikap Dyah Pitaloka, yang dipandang terlampau antusias ketika mendapat tawaran untuk dipersunting Hayam Wuruk. Mengutip dari buku Galuh Dari Masa ke Masa yang ditulis Prof. Dr. Nina Herlina, terdapat hal yang menarik di dalam isi teks naskah "Carita Parahyangan".

ADVERTISEMENT

Dalam naskah tersebut putri Kerajaan Sunda yang dijuluki "tohaan" (yang dihormati) menjadi sosok yang disalahkan. Dyah Pitaloka digambarkan memiliki ambisi yang besar untuk menikah dengan Hayam Wuruk. Ini dituliskan dengan kalimat "menta gede pameulina". Sehingga pada akhirnya berangkatlah rombongan kerajaan Sunda dan berakhir tragis.

Sumber lain juga mengatakan sikap ini juga dipandang bertentangan dengan adat Sunda, di mana seharusnya pihak laki-laki yang bertandang ke perempuan yang akan dipersuntingnya. Bukan sebaliknya, perempuan yang mendatangi laki-laki. Walau pun memang diketahui bahwa saat itu Kerajaan Majapahit sedang dalam masa kejayaan. Majapahit mendominasi semua kerajaan yang ada di Nusantara, kecuali kerajaan Sunda.

Sementara itu sosok Dyah Pitaloka juga dikenal sebagai wanita Sunda yang cantik jelita. Lalu bagaimana seorang Hayam Wuruk bisa mengenal atau mengetahuinya?.

Dihimpun dari berbagai sumber, awal kisah bermula saat Hayam Wuruk sedang mencari permaisuri. Dia menyebar para juru lukis ke berbagai kerajaan untuk memotret puteri yang layak dijadikan permaisuri. Saat itu tentu saja belum ada foto, untuk menggambarkan sosok seseorang dilakukan oleh juru gambar atau lukis.

Tapi setelah para utusan itu kembali, tak ada satu pun lukisan perempuan yang membuat hatinya terpaut cinta. Kemudian Hayam Wuruk mendengar kabar bahwa puteri Kerajaan Sunda sangat cantik. Segera dia mengirim juru lukis ke tanah Sunda.

Sebagian menyebut Dyah Pitaloka digambar secara sembunyi-sembunyi, tapi sebagian sumber lainnya menyatakan Dyah Pitaloka sengaja dilukis oleh utusan Majapahit. Tapi yang jelas, ketika gambar Dyah Pitaloka ditunjukkan ke Hayam Wuruk, dia langsung kepincut. Dia jatuh cinta.

Selanjutnya dia langsung mengirim utusan untuk mempersuntingnya, Raja Sunda Linggabuana senang puterinya akan dilamar oleh raja yang sedang berjaya. Linggabuana dan beberapa pasukan pengawalnya datang ke Majapahit untuk mengantar Putri Dyah Pitaloka yang akan dinikahi Raja Hayam Wuruk. Sesampainya di Bubat, Majapahit, Gajah Mada dan pasukannya menumpas habis meraka.

(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads