Bicara Dampak Karbon, RK: 400 Hektar Pesisir Bekasi Sudah Jadi Laut

Yudha Maulana - detikNews
Minggu, 12 Des 2021 14:30 WIB
Ridwan Kamil (Foto: Pradita Utama)
Bandung -

Konsumsi karbon yang berlebihan memiliki potensi dampak terkikisnya pesisir Indonesia oleh air laut. Ketua Umum Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil mengatakan, bahkan saat ini 400 hektar tanah di wilayah pesisir Bekasi sudah tertutup air laut.

"Hari ini saja sudah hilang 400 hektar tanah di pesisir Bekasi, sudah jadi laut, apalagi 50 tahun ke depan," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu dalam keterangannya, ditulis Minggu (12/12/2021).

Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat mulai beralih ke energi yang terbarukan dan lebih ramah lingkungan dalam pemanfaatan energi. Salah satu contoh kecil yang dilakukan Jawa Barat adalah memanfaatkan tenaga angin di desa-desa.

"Contoh kecil energi terbarukan itu seperti membangun desa-desa dari energi angin yang tiangya kecil seperti tiang listrik, minimal itu," ujarnya.

Selain itu, kebijakan penggunaan mobil dinas listrik dan solar cell panel industri di Jabar juga memberi dampak signifikan mengurangi pemanasan global.

"Kedua, beli mobil listrik, buat kebijakan atap pakai sollar cell, itu kebijakan murah sampai nanti yang skala besar," kata Kang Emil.

Potensi energi terbarukan memiliki kekhasan tersendiri di tiap daerah. Kang Emil menyebut, selain Jabar yang punya potensi energi terbarukan dari sumber panas bumi (geothermal) dan air, provinsi Nusa Tenggara Timur punya energi solar cell serta angin di wilayah Sulawesi yang bisa dimanfaatkan.

"Potensi energi terbarukan tiap daerah beda-beda misalnya NTT panas itu solar cell, Jabar geotermal sama air, sulawesi angin," ujarnya.

Sementara secara keseluruhan, potensi energi terbarukan di Indonesia jumlahnya mencapai 500 gigawatt. Menurut Kang Emil, masyarakat Indonesia saat ini baru memanfaatakan nya hanya sekitar 50 gigawatt. Masyarakat dinilai lebih memilih energi yang murah padahal akan berdampak buruk di masa mendatang.

"Kita 270 juta warga ini hanya mengkonsumsi 50 gigawatt, itupun kita masih tidak niat karena masih senang dengan energi murah tapi kotor seperti batubara dan lainnya. Jadi kenapa menggebu-gebu karena momentumnya sekarang, jangan telat, tahun 2050 itu tak terlalu jauh," ujarnya

Sementara dalam Rakernas ADPMET yang digelar pada Jumat (10/12) itu, turut dihadiri sejumlah kepala daerah menyepakati akan menindaklanjuti rencana alih kelola sumur-sumur milik Pertamina oleh BUMD anggota ADPMET.

Kang Emil mengatakan sudah bertemu dengan Dirut Pertamina saat perhelatan COP26 lalu di Glasgow terkait pengelolaan tersebut.

"Ada ribuan sumur tua yang dalam kendali Pertamina berkenan untuk segera ditransisikan ke BUMD, mohon di follow up semoga jadi berita baik di semester depan harus ada cerita sekian dari ribuan sumur itu bisa dikelola oleh BUMD kita," harap Kang Emil.




(yum/mud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork