Cerita Warga Balagedog Majalengka Punya 'Mantra' Anti Tersambar Petir

Cerita Warga Balagedog Majalengka Punya 'Mantra' Anti Tersambar Petir

Bima Bagaskara - detikNews
Kamis, 18 Nov 2021 14:50 WIB
Warga Balagedog Majalengka mengklaim punya mantra anti tersambar petir
Warga Balagedog Majalengka mengklaim punya mantra anti tersambar petir (Foto: Bima Bagaskara)
Majalengka -

'Hai Angklek Maya Ratu Kusuma, Anjeun Ulah Samar Ulah Silo, Kula Anak Putu Balagedog'. Itulah kalimat yang sering diucapkan warga Desa Balagedog, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka saat hujan turun disertai petir.

Dengan mengucap kalimat itu, warga Balagedog percaya jika petir atau kilat yang muncul pada saat hujan turun tidak akan menyambar mereka.

"Kalau hujan besar dimanapun mantranya begitu, jadi kalau lagi pergi kemana terjadi hujan besar orang Balagedog mengucap itu. Walaupun itu hanya sebuah mitos tapi percaya gak percaya ya memang manjur," kata Nana Supriatna (43) tokoh masyarakat Desa Balagedog saat berbincang dengan detikcom, Kamis (18/11/2021).

Nana menceritakan kalimat yang mampu membuat warga Balagedog bisa terlindung dari sambaran petir bermula dari kisah Buyut Koda. Buyut Koda merupakan seorang sesepuh yang tinggal di Desa Balagedog dan dipercaya memiliki ilmu tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya pada zaman dulu, Buyut Koda diminta oleh seorang Sultan Cirebon untuk membabat hutan. Ilmunya yang tinggi membuat Sultan Cirebon kala itu percaya Buyut Koda mampu melaksanakan tugas tersebut.

"Buyut koda adalah seorang tokoh di Balagedog dan nenek moyang kami, beliau ada orang yang berilmu tinggi pada zaman itu. Cerita turun temurun, beliau dipanggil Sultan Cirebon untuk membabat hutan karena orang-orang dari manapun tidak ada yang bisa membabat hutan itu," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Namun kata Nana, dalam melaksanakan tugasnya Buyut Koda menemukan beberapa masalah. Salah satunya adalah badai petir yang beberapa kali menyambar tubuh Buyut Koda.

"Saat melaksanakan tugasnya ternyata benar banyak gangguan, ada maung (macan), ular dan yang terakhir yang paling sulit itu hujan besar disertai petir yang kemudian menyambar tubuhnya," jelas Nana.

"Jadi pekerjaan itu tidak selesai-selesai, dia (BuyutKoda) mencari cara gimana petir ini bisa diatasi lah bahasanya," ucap dia menambahkan.

Saat itu Nana mengungkapkan Buyut Koda membuat sebuah alat dari batang bambu. Alat tersebut kemudian digunakan untuk menangkap petir yang terus menerus menyambarnya.

Setelah berhasil menangkap petir, terciptalah sebuah perjanjian antara Buyut Koda dan petir tersebut. Perjanjian itu yakni petir tidak boleh mengganggu Buyut Koda termasuk anak cucunya warga Desa Balagedog.

"Petir ini tertangkap nah kemudian si petir itu katanya minta dilepaskan kira-kira begitu. Kata Buyut Koda ada syaratnya, jangan mengganggu saat bekerja dan jangan mengganggu anak cucu orang Balagedog, jadi ada perjanjian antara Buyut Koda dengan petir itu," ucap dia.

Sejak saat itulah, warga Balagedog hingga saat ini tidak ada cerita yang pernah terkena sambaran petir. Bahkan menurut Nana, ada kejadian warga yang tersambar petir namun tidak mengalami luka apapun.

"Ada kejadian nyata ini, warga sedang berdiri di depan pintu tiba-tiba tersambar petir. Tapi anehnya petir itu justru menyambar disela-sela kaki, pintu rumah sampai rusak itu," katanya.

Berkat petuah dari Buyut Koda itu juga, banyak warga Balagedog yang mayoritas berprofesi sebagai petani tidak pernah takut untuk pergi ke sawah saat hujan turun. Bahkan, banyak petani yang senang ke sawah justru saat cuaca hujan.

"Kalau dibilang takut ya takut, tapi ada keyakinan kita dapat perlindungan dari Allah. Jadi kadang-kadang kalau daerah lain begitu hujan petani pada pulang, tapi kalau disini (Balagedog) walaupun hujan juga petani mau berangkat ya berangkat ke sawah," ujar Nana.

Kesaktian Buyut Koda itu menjadi cerita legenda yang begitu dikenal masyarakat Majalengka hingga kini. Tidak sedikit warga yang kemudian datang ke makam Buyut Koda di Blok Selasa, Desa Balagedog untuk berziarah.

"Makamnya ada, dari dulu seperti itu tidak banyak yang berubah. Ada yang datang berziarah, cuma kondisi makamnya belum benar-benar terawat," katanya.

Meski warga Balagedog diyakini tidak akan tersambar petir, namun Nana berpesan agar warga tidak sesumbar dan tetap waspada. Ia mengatakan jika cerita Buyut Koda itu merupakan peninggalan leluhur yang sudah seharusnya dijaga dan dilestarikan.

"Pesannya kami selaku anak cucu warga balagedog harus bersyukur dan bisa merawat menghormati apa yang telah beliau lakukan. Tapi tetap tidak boleh takabur," tutup Nana.

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads