Sejumlah berita menyita perhatian pembaca Jabar hari ini. Mulai dari Dekan UGM tewas kecelakaan di tol Cipali hingga Aa Umbara divonis 5 tahun penjara.
Sungai di Bekasi Hitam Pekat
Kali Rasmi yang berada di wilayah persawahan di Karangsetia, Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi diduga tercemar. Pasalnya, muncul buih atau busa tebal di atas aliran sungai yang berwarna hitam pekat itu.
Kondisi Kali Rasmi yang memprihatinkan tersebut terekam dan diunggah oleh akun @infobekasi.coo di Instagram pada Rabu (3/11/2021) malam. Berdasarkan keterangan di dalam video, disebutkan bahwa aliran Kali Rasmi cukup deras namun berbusa.
"Sekarang mince lagi di sawah mantau Kali Rasmi, katanya sedang ada busa-busa. Ya busanya seperti ini ya lumayan cukup deras. Hitam pekat, kira-kira bagaimana ya kelanjutannya, kasihan nih lingkungan hidupnya," ujar perekam tayangan tersebut.
Dalam keterangan unggahannya, akun tersebut juga menyinggung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang saat ini tengah membahas isu perubahan iklim di KTT COP26 di Skotlandia.
Seperti diketahui, di sana Emil --sapaan Ridwan-- membahas keberhasilan pemerintah dalam mengurangi pencemaran Sungai Citarum di hadapan panelis internasional.
"Please @ridwankamil mula dari yang kecil aja dulu. Kali-kali di Bekasi-Jabar bening aja dah keren banget. Kali tercemar karena limbah, solusinya cuma satu, tegas dan tindak pelakunya," tulis akun @infobekasi.coo.
Kelompok pemerhati lingkungan dan sungai, Kawali Bekasi Raya mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengumpulkan data terkait sumber pencemaran. Ketua Kawali Bekasi Raya Yovi Oktavianto menduga, busa yang muncul di Kali Rasmi bukan berasal dari limbah rumah tangga atau domestik.
"Ini tidak mungkin berasal dari sampah organik dari masyarakat, tapi dari limbah industri. Pemerintah harus menindak tegas, sampai hari ini kami masih melakukan investigasi titik pencemaran dari mana, nanti akan ketahuan," ujar Yovi saat dihubungi detikcom.
Menurut Yovi, sungai atau kali yang berada di Bekasi Raya banyak yang tercemar, warnanya hitam pekat dan berbau. "Bahkan sampah yang menumpuk di aliran sungai seperti di perkebunan juga banyak, tapi alhamdulillah dinas lingkungan hidup di sini gerak cepat," tutur Yovi.
Ia pun berharap pemerintah provinsi tak hanya memperhatikan soal Citarum, tapi juga soal sungai atau kali-kali kecil yang juga menjadi penopang kehidupan masyarakat banyak.
"Kalau menurut saya pemerintah daerah, provinsi atau pusat harus segera membereskan masalah ini. Karena kali (sungai) ini sumber kehidupan masyarakat, kalau sumber sudah diketahui harus segera dihukum, tindak tegas," kata Yovi.
(mud/mud)