Angklung menjadi salah satu dari sekian banyak alat musik tradisional asal tanah pasundan. Di era sekarang, ternyata masih ada pemuda yang melestarikan dan menularkan angklung kepada anak-anak. Bahkan, pria ini juga mampu mengkolaborasikan musik tradisional dengan genre musik modern, Punk.
Hal inilah yang dilakukan oleh Samsul Bahri. Pria Bandung berusia 38 tahun ini masih eksis dengan alat musik tradisional berbahan bambu. Bahkan penggemar musik genre Punk ini menularkan angklung dengan membuat kelompok angklung yang beranggotakan golongan anak hingga remaja.
Kecintaannya terhadap angklung sudah mulai sejak dia berseragam putih abu. Punya bentuk dan suara yang unik, perhatian Samsul terus tertuju pada alat musik berbahan bambu itu.
Sejak pertama kali melihat alat musik itu, Samsul lantas memainkan dan mulai berlatih. Dia juga ikut dalam kegiatan tambahan atau ekstrakurikuler angklung di sekolahnya pada saat itu.
"Cuma lihat saja awalnya terus tertarik saya bermimpi bagaimana caranya bisa menjadi pemain angklung," ujar Samsul saat berbincang dengan detikcom, Rabu (27/10/2021).
Angklung pun mempertemukan Samsul dengan pekerjaan. Dia direkrut oleh almamaternya untuk bisa melatih siswa SMA di Bandung. Samsul juga sempat melatih beberapa sekolah lainnya.
Kecintaannya terhadap Angklung terus ia pupuk. Hingga akhirnya dia membuat kelompok bernama 'Angklung Taman'. Kelompok ini merupakan buah dari mimpinya selama ini.
"Ini tuh mimpi saya setelah jadi pemain angklung dan pelatih angklung. Perjalanan jauh dari tahun 2011 itu sudah mulai melatih ke beberapa sekolah. Saat itu saya punya banyak ambisi lebih memajukan lagi anak-anak yang saya latih. Tapi terlalu ambisius ambisi saya selalu mental. Saya akhirnya kepikiran bisa mewujudkan mimpi kalau saya punya tim sendiri," tuturnya.
Dia pun mulai melatih anak-anak usia sekolah untuk bisa sama-sama bermain angklung. Dia mengajak beberapa anak asuhnya di sekolah tempatnya mengajar untuk ikut terlibat. Bahkan, tak jarang ada juga anak lain yang menawarkan diri ikut berlatih.
Samsul tak punya tempat untuk melatih anak-anak bermain angklung. Sehingga, setiap latihan mereka kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, mayoritas lokasi yang dipilih teman-teman kota di Bandung. Hal itu juga yang menginisiasi nama kelompok 'angklung taman'.
"Nah angklung taman ini nggak punya rumah untuk latihan, nggak punya basecamp. Akhirnya ya memang karena namanya angklung taman jadi latihan di taman," kata dia.
Samsul sukses mewujudkan mimpinya sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya ada 30 orang anak yang diasuh oleh Samsul.
"Ada yang masih SD, SMP , SMA sampai kuliah," kata dia.
Apa yang dilakukan Samsul membuahkan hasil. Hingga akhirnya tak jarang Angklung Taman ini bermain dari satu event ke event lain.
"Manggung masih sekitaran bandung dan kabupaten Bandung," ucapnya.
Selain karena kecintaannya terhadap alat musik bambu itu, alasan terkuat lain yang bikin Samsul terus melestarikan angklung lantaran alat musik ini tak banyak diminati warga Bandung. Padahal, kata dia, Bandung merupakan tempat kelahiran angklung.
"Ingin angklung ke luar negeri tapi saya lihat di Bandung yang homebase angklung sendiri orang-orangnya saya lihat masih aneh saja. Kayak yang cuma kenal saja. Kayak asing. Kita tuh kan tuan rumah tapi kok asing. Bagi saya kenapa tidak berbagi," tutur dia.
Samsul juga bisa kolaborasikan angklung dengan musik punk lho, simak ceritanya di halaman berikutnya
Saksikan juga 'Boleh Buka Lagi, Ini Persiapan Saung Angklung Udjo Sambut Wisatawan':
(dir/ern)