Langkah para pemuda-pemudi dalam Gerakan Mengajar Desa (GMD) patut diacungi jempol. Demi meningkatkan kualitas pendidikan, kelompok ini sambangi setiap desa terpelosok untuk mengajar dan memberikan fasilitas pendidikan. Bahkan gerakan yang dimulai dari Kabupaten Cianjur ini, sekarang menyebar ke seluruh Indonesia.
Gerakan ini mulai tercetus pada 2018 lalu, ketika Gardian Muhammad Abdullah (21) founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Gerakan Mengajar Desa beserta teman-temannya melihat kondisi Cianjur yang memprihatinkan, dengan indeks pembangunan manusia (IPM) yang paling rendah di Jawa Barat.
Sektor pendidikan pun dinilai menjadi bagian penting yang harus digenjot untuk meningkatkan IPM Cianjur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berangkatnya dari situ, IPM rendah dan salah satunya berkaitan dengan pendidikan. Kita konsern di sektor pendidikan, yang menjadi salah satu poin penting dalam peningkatan IPM," ujar Gardian, Kamis (28/10/2021).
Kondisi pendidikan pun diperparah dengan penyebaran guru yang tidak merata. Tenaga pengajar yang menjadi corong ilmu di pendidikan formal masih berpusat di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah selatan atau pelosok, masih belum terfasilitasi dengan tenaga pengajar yang cukup.
"Bahkan dalam satu kasus, kami dapati di salah satu sekolah hanya ada beberapa guru. Akibatnya siswa hanya belajar dua atau tiga hari dalam seminggu. Ini sebelum pandemi temuannya," ucap dia.
Berdasarkan hal itu, Gardian dan teman-temannya membentuk Gerakan Mengajar Desa, mengabdikan diri untuk dunia pendidikan sedari remaja. "Permasalahan utama pendidikan ini kurangnya sinergitas semua pihak, makanya kami muncul untuk menjadi jembatan antara peran pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan," kata dia.
Ia mengatakan di awal perjalanannya, GMD membuka pendaftaran bagi setiap pemuda terutama mahasiswa yang ingin turut serta dalam mengajar para anak-anak di pelosok.
Bahkan hasilnya di luar ekspektasi, dalam tujuh hari pembukaan pendaftaran, sekitar 700 orang pendaftar dari 32 Kecamatan yang ada di Cianjur. "Ratusan relawan ini kemudian bergerak melakukan berbagai metode pengajaran yang sudah disiapkan. Hasilnya kami sebut sudah sangat baik, semangat anak-anak belajar naik, kepedulian masyarakat meningkat, dan perlahan kualitas pendidikan juga membaik," ungkapnya.
Sukses di Cianjur, GMD melebarkan sayapnya ke tingkat Jawa Barat. Dengan dukungan dari pemerintah, pemuda di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat ikut bergerak dan mengabdi di dunia pendidikan, mengajar siswa-siswi dan pelosok.
Bahkan, saat ini Gerakan Mengajar Desa sudah lebih meluas. Relawan sudah terbentuk di seluruh provinsi di Indonesia.
"Kami bersyukur saat ini Gerakan Mengajar Desa telah tumbuh menjadi salah satu gerakan pendidikan terbesar di Indonesia dengan ribuan relawan yang tersebar di seluruh Provinsi se-Indonesia," ujar dia.
Menurut dia, para relawan tidak sekadar mengajar dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Mereka juga urunan untuk memberikan fasilitas pendidikan bagi siswa, mulai dari sarana-parasarana belajar di sekolah hingga buku pelajaran.
"Ini yang membuat kita semakin semangat. Mereka tidak hanya merelawan waktunya demi mengajar, tapi juga ikut sumbangsih dalam fasilitas pendidikan. Mereka dengan kesadaran sendiri urunan untuk membeli buku atau sarana pendidikan lainnya," kata dia.
Adapun relawan yang tergabung berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya, agama dan lain sebagainya. Tujuan mereka hanya satu yaitu mengabdi untuk Indonesia.
"Kita semua satu tujuan, mengabdi untuk pendidikan. Agar pendidikan lebih baik, dengan peran serta semua pihak terutama kaum pemuda," tuturnya.
(mud/mud)