Suara sirine tanda peringatan kereta api sudah terdengar dari palang pintu perlintasan kereta api yang ada di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Laswi, Kota Bandung. Deru suara mesin semakin terdengar menandakan kereta api akan melintas.
Sejumlah bocah yang sedang bermain di daerah Cintaasih, Kecamatan Batununggal pun saling saut menyaut dan berikan tanda bahaya kepada teman-temannya yang sedang bermain layangan di sepanjang rel kereta api.
"Kereta api euy, kereta api," teriak bocah satu kepada bocah lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasarisi heula (ke pinggir dulu)," teriak bocah lainnya yang sudah terlebih dahulu menurunkan layangannya.
Para bocah pun menepi ke bahu rel saat kereta api melintas. Seperti yang sudah berpengalaman mereka nampak santai ketika kereta api melintas.
Bahkan, ada bocah duduk di pembatasan rel, jika ada kereta api dari jalur satu maka mereka menepi ke jalur dua, begitupun sebaliknya. Setelah kereta api melintas kawasan tersebut, bocah-bocah ini pun kembali turun ke rel kereta api untuk bermain layangan.
"Hayu ah teruskeun (ayo teruskan bermain layangan)," ajak salah satu bocah kecil bocah lainnya.
Salah satu warga sekitar Sandi mengatakan pemandangan ini, sudah biasa bagi warga yang tinggal di pinggir rel kereta api. "Sudah biasa, apalagi di sore hari banyak anak-anak bermain layangan," kata Sandi kepada detikcom belum lama ini.
Sandi menyebut anak-anak ini terpaksa bermain layangan di rel kereta api karena di pemukimannya tidak ada lapangan yang luas. "Kalau lapang luas enggak ada," ucapnya.
Dia mengungkapkan perlintasan kereta api dijadikan tempat bermain itu berbahaya. Namun, menurutnya meski orang tua para bocah itu atau warga sekitar ngomel supaya tidak bermain di rel kereta api, bocah-bocah tersebut keukeuh bermain di rel kereta api.
"Susah dibilangin, sama orang tuanya juga suka diingetin supaya tidak bermain di rel kereta api, ya namanya juga anak-anak susah dikasih tahunya," ujar Sandi.
Sandi yang sudah tinggal lebih dari 10 tahun dan hidup berdampingan dengan suara deru main kereta api mengatakan, banyak korban melayang karena beraktivitas di rel kereta api dan hal tersebut sudah tidak asing lagi bagi warga.
"Pernah tahun 2018 lalu kalau enggak salah, empat orang sekaligus meninggal dunia, itu muda-mudi yang nongkrong, pas subuh-subuh," ungkap Sandi.
Sandi menambahkan, aktivitas di jalur kereta api tidak seramai beberapa tahun ke belakang, apalagi setelah dibubarkan Tim Prabu.
"Dulu tuh kalau sore rame banget, malam juga sama rame, pernah dibubarin sama Tim Prabu," pungkasnya.
(wip/mso)