Lampu sinyal elektrik yang dipasang PT KAI menjelang perlintasan kereta api di Tanah Sareal, Kota Bogor, menyala merah. Lampu itu menjadi pertanda atau informasi bahwa kereta api segera melintas dalam waktu sekitar 2-3 menit kemudian.
Seketika, Sopian Hadi (34) meniup peluitnya sambil bergegas menarik tambang yang diikatkan langsung ke besi portal di depan palang pintu perlintasan. Saat itu pula, besi portal menutup akses perlintasan kereta api bagi kendaraan roda dua dan empat.
Sopian tak langsung santai. Dia terus berdiri mengawasi pengendara di mulut perlintasan. Sambil bersiap membuka portal dengan melepas ikatannya ketika kereta api sudah berlalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menilik Penghuni 'Istana Sisi Rel' di Cimahi |
Lelaki ini merupakan bapak dua anak yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga palang pintu tak resmi di perlintasan kereta api, Kelurahan Sukaresmi, Kota Bogor. Setiap hari, ia bertugas mulai pukul 13.00 hingga pukul 17.30 WIB.
Pekerjaan Sopian memang bukan pekerjaan resmi. Sebab dia tidak mendapat kontrak apa pun dari pihak PT KAI. Untuk menutup dan membuka portal, ia lakukan secara manual menggunakan tali yang diikatkan ke ujung besi portal.
Uang yang ia dapat kisaran Rp 100 ribu per harinya. Duit itu cukup untuk menghidupi anak dan istrinya. Uang yang Sopian dapatkan itu merupakan hasil pemberian sukarela dari pengendara yang melintas.
"Sehari ada tiga sif. Setelah saya ada orang lain, teman saya juga jaga sampai pukul 00:00 WIB," kata Sopian mengawali perbincangannya bersama detikcom, beberapa waktu lalu.
![]() |
Selama berbincang dengan Sopian, detikcom harus mengikuti geraknya karena dia tidak bisa meninggalkan tugasnya menarik portal, kemudian melepaskannya kembali dan mengatur lalu lintas di perlintasan. "Ngobrolnya sambil berdiri saja ya. Soalnya saya nggak boleh telat tarik portal. Bahaya nanti ada motor yang lewat, bisa ketabrak (kereta api)," tutur Sopian.
Padatnya perjalanan kereta api jurusan Jakarta-Bogor membuat Sopian sibuk. Dia pun harus terjun mengatur lalu lintas kendaraan agar tidak terjadi kemacetan di tengah perlintasan kereta.
"Kalau dihitung berapa kali, saya nggak tahu pasti. Pokoknya lebih dari 100 kali kereta api lewat selama waktu jam kerja. Ya berarti 100 kali juga saya narik-lepas portal," ujar Sopian.
"Terbayang kan gimana pegalnya, kadang ketiak sama pundak sakit, karena gerak terus. Tapi sekarang sudah biasa, pegal sedikit nggak dirasain," ucapnya sambil tertawa dan mata terus mengawasi jalur kereta.
Bagi Sopian, pekerjaannya sebagai penjaga palang pintu kereta bukan pekerjaan biasa. Karena pekerjaannya menyangkut keselamatan nyawa orang lain. Jika sedikit saja terlambat menarik tali tambang dan portal tak tertutup, bisa saja pengendara nekat menerobos hingga akhirnya tertabrak kereta.
"Saya ngerasa kasihan juga sama warga. Gimana kalau ini nggak ada yang jagain? Bahaya pak, bisa banyak yang kecelakaan di sini," katanya.
"Alhamdulillah selama delapan tahun di sini nggak pernah ada yang terobos terus ketabrak kereta, amit-amit dah," ucap Sopian menambahkan.
Baca juga: Balada Pengayuh Pedal Palang Pintu Manual |
Aktivitas Sopian bukan tanpa dukungan. Ketua lingkungan dan warga sekitar mendukung penuh aksi Sopian. Portal yang awalnya hanya terbuat dari batang bambu, kini telah diganti menggunakan besi dari hasil iuran warga setempat melalui ketua RT dan RW.
"Jadi dulu ini kan awalnya portal dari batang bambu ya, nah terus kalau malam jam 00.00 WIB itu kan portal ditutup. Mungkin ada yang nekat, portal bambu dipotong. Nggak tahu sama siapa," kata Sopian menjadi penjaga perlintasan KA sejak masih bujangan.
"Nah terus saya lapor Pak RT. Nggak lama langsung diganti itu jadi pakai besi. Jadi kuat, nggak mungkin dipotong," ujarnya.
![]() |
Dia mengaku tidak jarang pengendara ngeyel yang seolah menguji kesabarannya. Sehingga kadang ia harus bersikap tegas agar pengendara berhenti dan urung menerobos perlintasan.
"Pernah ya kadang ada saja orang bawa motor maksa mau terobos, padahal saya sudah tiup pluit supaya berhenti. Terpaksa saya tarik cepat tambang biar portalnya cepat turun. Kadang kita marah-marah juga," tuturnya.
"Tapi tiap kali kita marah-marah sama pengendara yang terobos, selalu didukung sama orang. Ya kan memang bahaya kalau dia terobos, nanti gimana kalau yang lain juga ikut terobos, padahal kereta sudah dekat," ucap Sopian.
Dia berharap perlintasan kereta api selalu aman selama ia dan rekan-rekannya berjaga. Ia mengimbau pengendara berhati-hati, bersabar dan mematuhi aturan saat kereta akan melintas.
"Ya semoga selalu aman saja, bang. Perhatian dari PT KAI? Nggak pernah dapat, ya tapi nggak apa-apa, karena kan mungkin kita memang bukan pegawainya," ujar Sopian.
Menurutnya, perlintasan kereta api tempatnya bekerja terbilang cukup padat dengan lalu lintas pengendara dan penyeberang jalan. Lantaran banyak perkampungan, jalur itu juga menjadi jalur alternatif ke jalan utama Kota Bogor.