Masyarakat Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran memiliki kisah unik berbau mistis. Mitos tersebut berkaitan dengan keberadaan jalan atau gang yang menjadi jalur khusus untuk hilir mudik makhluk astral alias gaib.
Warga setempat menyebutkan dengan mitos Nini Loyeh, Nini Marawe dan Nini Raneum. Ketiga sosok hantu perempuan tua ini dipercaya warga memiliki daerah kekuasaan dan jalur khusus masing-masing.
Mitos ini pada akhirnya membuat sejumlah warga yang memiliki rumah di jalur khusus aktivitas ketiga nenek-nenek ini, terpaksa harus membuat celah antara rumahnya. Dinding rumahnya dengan rumah tetangga, tak boleh rapat. Tapi harus menyisakan celah agar jalur khusus Nini Loyeh dan lainnya tidak terganggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dusun Binangun Dani (37) mengatakan misteri atau cerita rakyat tersebut memang masih melekat bagi sebagian Desa Kondangjajar. Meski tak masuk logika atau tak bisa diterima oleh masyarakat awam, namun masyarakat tetap memperhatikan aturan-aturan tersebut.
"Menurut cerita orang tua dulu jadi masing-masing hantu itu memiliki daerah kekuasaan sendiri dan jalur aktivitas rutin," kata Dani.
Dani menambahkan ada satu jalur utama dari aktivitas hantu-hantu tersebut, yaitu sebuah gang yang disebut warga sebagai Gang Siluman.
Gang dengan lebar tak lebih dari 50 sentimeter tersebut merupakan jalan utama untuk menuju ke daerah Gunung Amparan.
"Gunung Amparan merupakan tempat para hantu melakukan pertemuan, tepatnya di sekitar Bandara Nusawiru," kata Dani.
Dani menjelaskan masyarakat yang rumahnya berada pada jalur aktivitas para hantu membangun rumahnya dengan cara memberi celah antara bangunan tembok yang satu dengan bangunan tembok yang lainnya.
"Salah satu contoh rumah warga di Gang Siluman, mereka membangun rumah dengan cara memberi jeda atau celah bangunan karena kalau tidak diberi celah gang, akan terjadi kejadian di luar dugaan, seperti sakit dan hal buruk lainnya," kata Dani.
Salah seorang warga setempat Umar mengatakan sekitar tahun 1980-an ada seorang warga yang nekat mengabaikan aturan tersebut. Orang itu membangun rumah dengan menghalangi jalur jalan misterius itu. Dia membangun rumah tak memberi celah dengan bangunan tetangganya. Akibatnya setelah rumah selesai dibangun, nyaris setiap malam terdengar suara tangis nenek-nenek.
"Akhirnya bangunan itu dirombak kembali. Batas bangunan diberi celah atau gang, akhirnya suara tangisan nenek-nenek itu langsung menghilang," kata Umar.
Tonton juga Video: Penampakan di Kawasan Gunung Guntur, Pendaki Diharapkan Jaga Sikap