Seorang pria bertelanjang dada dan bertopeng menggeliat saat memperagakan solo teatrikal di pesisir Waduk Jatigede Sumedang. Lengkap dengan hamparan permukaan air dan simbol ririwa menjadi latarnya.
Empat topeng, empat warna, dipakainya silih berganti dengan gerakan teatrikal yang khas. Gerakan-gerakan yang menyiratkan siloka itu seolah mengandung pesan cukup serius.
Tetiba, air dan lumpur diguyurkannya ke seluruh tubuh dengan dilanjutkan gerakan merebah di atas tanah. Sebelum pria itu menutup penampilannya, ia pun berbicara dengan topeng yang dihadapkan sendiri ke wajahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian sepenggal teatrikal yang dibawakan Deden Absurd, seniman asal Sumedang. Teatrikal itu bertema Ritual Agrari.
Deden mengatakan tema Ritual Agrari mengandung pesan bahwa semua manusia harus kembali memperhatikan alam yang kondisinya cukup memprihatinkan. Bahkan lebih dari itu, lanjut dia, manusia semestinya harus menyatu dengan alam.
"Miyuni ke alam artinya lebih dari sekedar menghargai tapi harus menyatu dengan alam," ucap Deden kepada detikcom, Minggu (12/9).
Tema teatrikal ini, kata Deden, dipilihnyΓ untuk mengingatkan bahwa mata pencaharian awal masyarakat di Sumedang secara umum dan khususnya di Darmaraja, mayoritasnya adalah bertani dan berkebun.
"Tema yang diusung seputar pertanian dan perkebunan dimana elemen empat unsur alam harus semakin diperhatikan," katanya.
Dia menjelaskan topeng empat warna merupakan simbol dari empat unsur alam, yakni bumi (hitam), air (putih) angin (kuning) dan api (merah). Bumi perlambang dari kesabaran dan air perlambang dari ketenangan.
"Angin itu bisa menyegarkan saat kita gerah, tapi angin bisa jadi membalik jadi musibah seperti tornado. Api adalah sifat dominan yang dimiliki oleh manusia dengan gejolaknya," ujar Deden.
Dia menegaskan tema teatrikal Agraria mengingatkan agar lebih bisa menghargai hidup dengan cara menyatu dengan alam. Jika tidak mengindahkan alam, jangan menyesal alam akan berbalik menyerang manusia, sebagaimana yang disimbolkan dengan boneka ririwa.
"Ririwa itu kebalikan dari empat unsur alam yang semestinya, artinya jika kita tidak menjaganya maka akan berbalik menyerang kita," ucapnya.
Pesisir Waduk Jatigede, sengaja dipilihnya menjadi tempat teatrikal. Hal itu mengingat kawasan Waduk Jatigede merupakan warisan leluhur terdiri unsur bumi, air, angin dan api yang menyatu kaitannya dengan mata pencaharian berupa pertanian dan perkebunan.
"Tanah ini memang kawasan warisan leluhur, ada peringatan agar kita manusia menyadari bagaimana kita harus menghargai alam lingkungan di sini," tutur Deden.
Simak juga 'Menikmati Libur Panjang di Waduk Jatigede':