Sebuah cangkir raksasa bertuliskan Gamboeng Tea menandakan telah sampai di perkebunan Gambung. Di bawah cangkir bertuliskan, Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK). Di sinilah semangat untuk mencari teh berkualitas tinggi atau specialty tea di Jawa Barat hadir.
Bukan dari pembakaran kayu, kehangatan hadir sapaan dari para peneliti. Seperti dua orang peneliti di Bagian Pasca Panen PPTK Gambung, M. Iqbal Prawira Atmaja dan Sugeng Harianto yang menyambut dengan penuh semangat.
Lima cangkir dengan lima sampel teh sudah disajikan. Mereka ingin menunjukkan seperti apa langkah peneliti mencicipi cita rasa teh. Langkah tersebut dibakukan dalam sebuah Standard Operasional Prosedur (SOP).
Lima teh tersebut di antaranya, teh hijau gunpowder, teh putih bai mudan, teh oolong, black tea leafy grade, dan white tea silver needle. Air dengan suhu 90 derajat ditiriskan ke dalam gelas, yang berisi teh, hingga penuh. Kemudian air panas didiamkan selama 5 - 10 menit dan ditutup rapat.
"Biasa kita pakai teh seberat 2,8 gram. Dalam jangka waktu 5 - 10 menit air mampu mengekstrak teh secara keseluruhan," ujar Iqbal.
Setelah selesai menunggu, air teh ditiriskan ke dalam mangkuk teh. Setiap teh menghasilkan warna berbeda. Kemudian, mencium aroma yang keluar dari gelas bekas seduhan teh. Tidak lupa juga menyeruput air teh di dalam mangkuk.
"Duh ini black tea aromanya.., ada seperti wangi daun dan buah tercampur," ungkap Iqbal seperti baru pertama kali mencium aroma teh.
"Harus coba ini, teh mahal," kata Iqbal sambil menyeruput air teh dari white tea silver needle.
Dari proses itulah, nantinya akan keluar hasil penilaian peneliti terhadap salah satu teh. Selain citarasa, ada pula penilaian kandungan kimia yang nantinya diuji menggunakan mesin khusus. Penelitian ini menjadi salah satu penentuan kualitas teh selain pemetikan dan pengolahan teh.
Peneliti di Bagian Pemuliaan Teh di PPTK Gambung, M. Khais Prayoga menuturkan, saat ini PPTK Gambung tengah meneliti specialty tea atau teh unggulan. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat mendorong program Jawa Barat menjadi sentra specialty tea Nasional.
"Sekarang itu ada program dari Jabar yang ingin menjadikan Jabar sebagai sentra specialty tea nasional," ujar Khais di ruang kerjanya.
Teh yang digunakan adalah Camelia Sinensis varietas Sinensis. Varietas ini dinilai memiliki kelebihan dari segi citarasa dibanding varietas lainnya yakni Camelia Sinensis varietas Assamika.
PPTK akan memaksimalkan pengembangan specialty tea dengan mengandalkan lima klon dari varietas sinensis. Klon tersebut dikembangkan sendiri oleh PPTK.
Saat ini, peneliti masih menyusun seperti apa standar specialty tea dari varietas sinensis. Tidak sendiri, mereka pun berkolaborasi bersama expert tea yang ada di Indonesia untuk menyusun naskah akademik.
"Cara penilaiannya masih dalam tahap penggodokan. Kami sudah melakukan FGD bersama sejumlah pihak," ujarnya.
Khais menuturkan, penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan standar dari sebuah specialty tea. Pasalnya, khususnya di Indonesia, penamaan specialty tea masih sebatas klaim dan belum dibuktikan secara ilmiah.
"Masih dalam tahapan, seperti pengertiannya secara ilmiah specialty tea itu apa. Kemudian usia tehnya, dari Budi dayanya, apakah dari satu klon, apakah ditanam di hutan atau jungle tea. Ini masih digodok," ujar Khais.
"Karena kebanyakan sekarang (specialty tea) itu klaim. Untuk saat ini diharapkan kedepannya itu tidak ada lagi dan lebih ilmiah dan berstandar," tuturnya.
![]() |
Selain itu, specialty tea memiliki harga pasar yang cukup tinggi dibanding teh biasa. Maka dari itu, nantinya, PPTK akan mendorong agar petani mulai beralih ke specialty tea.
"Yang sedang kita kejar (edukasi) lebih awal adalah mereka petani teh rakyat. Yang memiliki luasan kebun teh tidak besar. Tapi nantinya memiliki profit cukup besar," ujar Khais.
"Kepala PPTK selalu punya slogan, jual kiloan harga ton-an. Jadi arah PPTK ke sana sekarang," ungkapnya.
Khais pun berharap, dengan adanya specialty dapat mengedukasi masyarakat luas terkait kualitas teh yang dimiliki Indonesia khususnya perkebunan Gambung. Selain itu juga, diharapkan akan muncul UMKM baru dari komoditas teh. (mud/mud)