Viral Kisah Bapak Cari Seragam Sekolah Bekas untuk Anak di Lebak

Viral Kisah Bapak Cari Seragam Sekolah Bekas untuk Anak di Lebak

Rifat Alhamidi - detikNews
Sabtu, 28 Agu 2021 11:34 WIB
Viral Kisah Bapak Cari Seragam Bekas di Sekolah
Tanto bersama anaknya. (Foto: Rifat Alhamidi/detikcom)
Lebak -

Kisah Tanto (46) berkeliling kampung dan memohon kepada warga supaya menyumbangkan seragam sekolah bekas untuk anaknya membetot perhatian Kapolda Banten Irjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho. Rupanya, usaha itu ia lakukan demi anaknya bernama Bagas Panca Wijaya (16) yang akan masuk sekolah di SMKN 1 Bayah.

Kisah perjuangan Tanto yang mencari seragam bekas ini pun terjadi pada Kamis (19/8). Dengan mengetuk satu per satu rumah di Kampung Jogjogan, Kecamatam Bayah, Lebak, Banten, Tanto berharap ada seragam bekas yang mau dia beli untuk anaknya sekolah. Syukur-syukur, barang tersebut waktu itu bisa ia dapatkan secara gratis dari warga.

"Itu satu hari lagi anak saya mau sekolah, tapi enggak punya seragam. Akhirnya saya tanya ke pemilik rumah, bu apakah seragam bekas anak ibu masih ada yang bisa untuk dipakai anak saya sekolah?" kata Tanto di Lebak, Banten, Sabtu (28/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seingat Tanto, waktu itu dia sudah mengetuk dan menanyakan seragam bekas ke lima pemilik rumah di kampungnya. Namun sayangnya, barang yang dia butuhkan tidak ada lantaran dipakai semua oleh anak dari pemilik rumah tersebut.

Setelah seharian berkeliling, usaha Tanto rupanya masih nihil. Bahkan ketika masuk hari sekolah, Tanto belum mendapat seragam putih-abu yang dia cari untuk anaknya. Akhirnya secara terpaksa, Bagas, anaknya Tanto, menggunakan seragam SMP di hari pertamanya sekolah itu.

ADVERTISEMENT

Tanto pun mengaku terpaksa melakukan hal itu karena tak memiliki cukup uang demi bisa membeli seragam baru putih-abu untuk anaknya yang akan masuk sekolah di tingkat SMK. Meskipun di kantongnya saat itu ada uang Rp 100 ribu, namun itu merupakan bekal terakhirnya untuk kebutuhan makan keluarganya di rumah.

"Saya cuma kerja jadi tukang tambal perahu doang pak, dapat uangnya juga enggak pasti setiap hari. Waktu itu ada uang juga buat makan saya sama empat anak saya, biasanya lumayan itu bisa kepakai sampe tiga harian," tutur Tanto.

Selama bekerja sebagai buruh penambal perahu, Tanto hanya mendapat upah Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Uang itu pun baru bisa dia dapatkan dalam waktu tiga hari atau bahkan seminggu ketika pekerjaannya selesai.

Meski serba kekurangan, Tanto tetap merasa bersyukur. Dia beserta keempat anaknya tinggal di rumah yang dua tahun lalu dibangun oleh relawan sosial dari Kabupaten Lebak. Di rumah ini lah Tanto menjadi orang tua tunggal setelah resmi berpisah dengan istrinya beberapa tahun yang lalu.

"Terpaksa tinggal di sana, karena tidak ada rumah, mau ngontrak gak ada uang. Dulunya tenda dari terpal di dekat pelelangan ikan, terus dibangunin rumah di sini sama relawan," ucapnya.

Hidup serba terbatas tak membuat Tanto melupakan pendidikan untuk anak-anaknya. Dia mengkau selama tinggal di tenda terpal, anaknya Bagas tetap bisa melanjutkan sekolah hingga lulus SD dan lanjut ke jenjang SMP.

Sementara tiga adiknya Bagas yakni Teti Nurhayati (9) dan Putri Nurhayati (7), masing-masing kini menempuh pendidikan di kelas 3 dan 1 SD. Kemudian anak bungsunya, Peronika Adista (4), sempat Tanto masukkan ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Selain kisah anaknya yang bernama Bagas, kehidupan dua anaknya yang duduk di bangku SD juga sama-sama menyayat hati. Teti dan Putri pun terpaksa bergantian menggunakan seragam sekolah lantaran hanya memiliki satu setel untuk dipakai oleh mereka berdua.

"Paling nantinya gantian pakainya. Kalau adiknya yang pakai duluan, yang kakaknya ini pakai baju muslim berangkat ke sekolahnya," ujar Tanto.

Di usianya yang masih belia, Tanto bersyukur bisa memiliki anak dengan karakter seperti Teti dan Putri. Pasalnya, keduanya tak pernah merengek meminta jajan kepadanya bahkan mengeluh dengan kondisi yang dialami keluarga tersebut.

"Alhamdulillah kalau anaknya baik-baik semua. Kakaknya yang cowok juga begitu, rajin belajarnya geh," tutur Tanto.

Sebelum dipanggil Kapolda Banten, kisah perjuangan hidup Tanto dan keluarganya ini pun mengundang simpati banyak pihak. Mulai dari relawan sosial, pihak sekolah tempat belajar anaknya Tanto, hingga Bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya.

Halaman 2 dari 2
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads