Kisah Lonceng Lapas Sumedang di Antara VOC dan Pabrik Meriam

Kisah Lonceng Lapas Sumedang di Antara VOC dan Pabrik Meriam

Nur Azis - detikNews
Minggu, 22 Agu 2021 09:54 WIB
Lonceng peninggalan Belanda di Lapas Sumedang
Lonceng peninggalan Belanda di Lapas Sumedang (Foto: Nur Aziz)
Sumedang -

Me Fecit Pieter Seest Amstelodami Anno 1771. Tulisan tersebut terpampang di atas tiang lonceng di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sumedang.

Sayang, lonceng yang sekarang ada hanyalah sebuah lonceng duplikasinya saja. Padahal, lonceng itu menjadi salah satu bukti kuat tentang sejarah Belanda melalui kongsi dagangnya atau yang kita kenal Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) saat menjajah Nusantara khususnya di tanah Sumedang.

Lalu apa hubungannya dengan lonceng itu? Dari informasi yang detikcom gali, lonceng tersebut dibuat oleh sebuah perusahaan alteleri dan pengecoran lonceng di Amsterdam, Belanda atau tepatnya di sudut Karthuizerstraat dan Baangracht, Kota Alkmaar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tidak diketahui nama perusahaannya, namun pendiri perusahaan tersebut berawal dari orang Jerman bernama Nicolaus Muller antara 1730 dan 1734. Kemudian perusahaan itu dilanjutkan oleh Pieter Seest.

Namun sebelum kepala pengecoran itu dipegang langsung oleh Pieter Seest, pemegang sebelumnya adalah Cyprianus Crans. Dan Pieter, kemungkinan berdinas di sana sekitar 1750 saat suasana damai dari peperangan, akan tetapi VOC telah menjadi pelanggan tetap untuk meriam kecil, sementara meriam besar banyak dipesan terutama oleh Portugal. Peninggalan meriam besar dari pendahulunya yakni Crans, masih bisa dijumpai di Museum tentara di Lisbon dan benteng tua Tanger.

ADVERTISEMENT

Literasi tentang Perusahaan Pieter Seest cukup sulit ditemukan. Keterangan tersebut didapat dari sebuah halaman situs berbahasa Belanda-Inggris yang membahas tentang peninggalan-peninggalan arteleri di abad 18 dan 19, yakni kanonnen.weebly.com.

Dalam situs tersebut disebutkan bahwa kata-kata "Me Fecit Pieter Seest Amstelodami Anno 1771" adalah trademark yang dibuat Pieter Seest dalam bahasa latin yang menjadi cirinya untuk setiap senjata yang dibuatnya. Trademark tersebut secara harfiah yang artinya "Pieter Seest membuat saya di Amsterdam pada tahun 1771". Mungkin saat ini tulisan tersebut sama persis dengan tulisan "made in"

Kata-kata itu pun sama seperti yang tertera pada meriam yang ditemukan di dermaga Klein Werf Belanda yang berbunyi "Me Fecit Pieter Seest Amstelodami Anno 1776".

Sementara itu dalam halaman situs Venduehuis.com sebuah situs yang juga melelang arteleri di abad-18 menampilkan Sepasang Meriam langka Angkatan Laut Belanda yang dibuat oleh Pieter Seest (1716-1780).

Dalam laman tersebut, Pieter Seest disebutkan sebagai penemu meriam utama untuk VOC di Amsterdam Belanda sekitar tahun 1755-1780. Pieter Seest disebutkan sebagai kepala pengecoran (meriam dan lonceng) di kota Amsterdam. Di Kota itu pula Pieter Seest membuat meriam perunggu sekaligus lonceng.

Dalam situs kanonnen.weebly.com menyebutkan bahwa untuk menggali sosok Pieter Seest cukup sulit. Namun dalam sejumlah dokumen resmi yang berhasil ditemukan, Pieter Seest terdaftar di Kota Amsterdam, Belanda dan telah menikah.

Ia mendapat pekerjaan di kota itu di sebuah perusahaan arteleri dan pengecoran lonceng yang telah berdiri sejak 1614 yang berada di sudut Karthuizerstraat dan Baangracht, Kota Alkmaar.

Pieter sendiri lahir di Holstein, Jerman Utara pada tahun 1716. Dia datang ke Amsterdam sebagai orang asing, dimana saat itu Amsterdam merupakan salah satu kota terkaya di Eropa.

Awalnya tidak ada yang spesial dalam diri Pieter sebelum ia diangkat sebagai kepala pengecoran kota Amsterdam. Jabatan itu ia emban sepeninggal Cyprianus Crans yang dikenal sebagai Kastor Perunggu yang sangat produktif.

Namun jauh sebelumnya, para pendahulu di bidang pengecoran arteleri dan loceng di Kota Amsterdam rata-rata dipegang oleh orang asing, di antaranya Claude Fremy (1681 - 1699), Keluarga Loraine (1699 - 1715), Claes Noorden dari Holstein dan Jan Albert de Grave dari Celle, Jerman Barat (1699 - 1729.

Sepeninggal Cyprianus Crans pada tahun 1755, ia menjadi kepala pengecoran dan VOC harus mempercayakannya kepada Pieter lantaran perintah pesanan terus datang untuk alteleri ringan.

Dalam koleksi kolektor senjata almarhum H. L. Visser Wassenaar tahun 2006, tidak kurang dari delapan belas senjata kecil Seeest, semuanya dilempar untuk VOC.

Pieter Seest juga memiliki beberapa lonceng gereja bahkan sampai saat ini masih ada. Namun sayang, beberapa diantaranya di klaim oleh Jerman pada saat perang dunia II untuk dilebur dalam industri perang.

Produk terakhir Seest mungkin adalah senjata mortir dan bagian ini mungkin masih bisa dijumpai di dinding kota Essaouira Maroko. Konon, itu dibuat oleh Pieter Seest dan anak-anaknya pada tahun 1782. Pengerjaannya sendiri dimulai tahun 1781 namun Pieter keburu meninggal. Anaknya, Christiaan dan Jan kemungkinan yang menyelesaikan pekerjaan itu lantaran tahun 1781 merekalah yang mengambil kendali atas jabatan pengecoran tersebut.

Kepala Lapas Kelas II B Sumedang, Imam Sapto Riadi mengatakan Lapas Sumedang menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya di Sumedang yang dibangun di atas lahan seluas 3.000 meter persegi sekitar tahun 1771.

"Lapas ini dibangun tahun 1771 di atas tanah 3.000 meter persegi sebelah timur alun-alun Kota Sumedang, bangunan ini termasuk cagar budaya," ungkap Imam kepada detikcom di Sumedang, Sabtu (21/8/2021).

Imam menyebutkan, beberapa peninggalan Lapas Sumedang yang menjadi Cagar Budaya di antaranya Benteng setinggi 3,5 meter. Namun, kata Imam, ketinggian Benteng saat ini sudah ditambah menjadi sekitar 5 meter.

"Peninggalan lainnya adalah ada blok hunian, yakni blok Asahan dan blok Brantas dan ada sumur tua yang dibuat pada masa Hindia Belanda," terangnya.

Imam menambahkan, satu peninggalan yang penting lainnya, yakni Lonceng. Lonceng tersebut bertuliskan bahasa Belanda namun saat ini Lonceng yang ada adalah duplikasi dari Lonceng yang asli.

"Sekarang lonceng yang aslinya kita titipkan pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di Jalan Veteran No.11, Jakarta Pusat," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads