Menelisik Silsilah Juru Kunci Makam Cut Nyak Dien di Sumedang

Menelisik Silsilah Juru Kunci Makam Cut Nyak Dien di Sumedang

Nur Azis - detikNews
Minggu, 15 Agu 2021 09:12 WIB
Asep Gusnandar (54) adalah keturunan ke-6 dari Haji Sanusi atau orang pertama yang diamanati oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja atau pangeran Mekah untuk menjaga dan merawat Cut Nyak Dien
Foto: Asep Gusnandar (54) adalah keturunan ke-6 dari Haji Sanusi atau orang pertama yang diamanati oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja atau pangeran Mekah untuk menjaga dan merawat Cut Nyak Dien (Nur Azis/detikcom).
Sumedang -

Pahlawan Nasional asal Aceh, Cut Nyak Dien dimakamkan di Sumedang pada masa pengasingan oleh penjajah Belanda (1906-1908). Semasa hidup, Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeria Atmadja atau Pangeran Mekah (1882-1919) mengambil tanggungjawab untuk merawat dan memenuhi kebutuhan Cut Nyak Dien dengan mengutus Kyai Haji Sanusi untuk menjaganya.

Kyai Haji Sanusi adalah seorang ulama terpandang di Sumedang kala itu. Rumahnya berada di kampung kaum yang tidak jauh dari Masjid Agung Sumedang, di mana Cut Nyak Dien ikut tinggal di sana.

Ia merawat Cut Nyak Dien selama satu tahun karena pada tahun 1907 dipanggil oleh sang khalik. Perawatan Cut Nyak Dien selanjutnya diteruskan oleh putranya bernama Haji Husna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semasa dalam perawatan Haji Husna, Cut Nyak Dien kerap mengajarkan ilmu membaca Al-Quran kepada ibu-ibu di kampung kaum, meski kondisi matanya sudah kurang dapat melihat. Cut Nyak Dien yang hafal akan Al Quran oleh warga sekitar dipanggil sebagai Ibu Perbu atau Ibu Ratu atau Ibu Suci.

Sebagai bentuk penghormatan kepada pejuang Aceh tersebut, segala keperluannya ditanggung oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja lantaran Cut Nyak Dien yang menolak segala pemberian jika berasal dari Belanda. Anak Haji Husna, Siti Hodijah adalah orang paling dekat dengan Cut Nyak Dien selama dalam masa pengasingan.

ADVERTISEMENT

Hal itu terungkap dalam Catatan Forum Haji Husna bin Kyai Haji Sanusi yang ditandatangani oleh Ketua Forumnya, Raden Kusnadi dan Juru Kunci Makam Cut Nyak Dien, Raden Dadan Rusnandar Kusumah di Sumedang, 1 Maret 2008.

Keterangannya sendiri berdasarkan riwayat dari putra (almarhum) Siti Hodijah, yakni (almarhum) Raden Oemar Sumantri dan juga dari putra mantan karyawan YPS (Yayasan Pangeran Sumedang) (almarhum) Raden Haji Bulkini, yakni Raden Haji Iyus Jayusman yang juga merupakan Sesepuh Kaum. Kemudian ditulis ulang oleh putra dari Raden Oemar Sumantri, yakni Raden Dadan Rusnandar Kusumah sebagai pengurus atau juru kunci seluruh makam yang ada di sekitar serta termasuk makam Cut Nyak Dien.

Cut Nyak Dien Wafat tahun 1908 di rumah Haji Sanusi. Sementara Haji Husna dan Siti Hodijah yang melanjutkan perawatan Cut Nyak Dien wafat pada tahun 1948 dan tahun 1967. Cut Nyak Dien dimakamkan di Komplek Makam Gunung Puyuh di Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

Juru kunci makam Cut Nyak Dien secara turun temurun merupakan keturunan dari Haji Sanusi. Asep Gusnandar (54) yang saat ini menjadi juru kunci makam Cut Nyak Dien mengaku sebagai keturanan ke-6 dari almarhum Haji Sanusi dan keturunan ke-4 dari almarhum Siti Hodijah.

"Jadi Haji Sanusi memiliki anak Haji Husna, kemudian dari Haji Husna memiliki anak Siti Khadijah dan Ibu bunga, kemudian dari Siti Khadijah melahirkan delapan keturunan sementata dari ibu bunga tidak ada keturunan, anak pertama Siti Hodijah Raden Umar Sumantri dan dari Raden Umar Sumantri memiliki delapan keturunan, anak kelimanya bernama Dadan Rusnandar Kusumah, dari Dadan Rusnandar Kusumah punya dua keturunan, Saya anaknya yang pertama," ungkapnya kepada detikcom.

Asep mengungkapkan mulai diamanati menjadi juru kunci sejak tahun 2014 atau sudah menginjak tahun ke-7 pada 2021 ini. Amanat diberikan, sebagai penerus ayahnya, Dadan Rusnandar Kusumah yang wafat pada 2018 lalu.

"Jadi sebelumnya juga saya suka ikut-ikut bapak saya jadi juru kunci selama 4 tahun, saya suka sering ikut bapak jaga makam ini," kata Asep.

Makam Cut Nyak Dien berada di Komplek Pemakaman Gunung Puyuh atau berdekatan dengan Komplek Pemakaman Bangsawan Sumedang, yakni Pangeran Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih.

Makam Cut Nyak Dien sendiri, kata Asep, berada di atas tanah wakaf untuk keturunan Haji Sanusi. Tanah seluas 2990 meter persegi ini baru tersertifikat pada Maret 2021.

"Kalau sekeliling makam Cut Nyak Dien itu makam-makam keturunan Haji Sanusi, kalau yang di luar pagar ini makam keluarganya Eyang Sugih (Pangeran Sugih)," terangnya.

Asep mengaku menjadi juru kunci makam Cut Nyak Dien adalah sebuah amanah keluarga dan panggilan hati nurani. Baginya, sosok Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional yang mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu lemah tapi tidak boleh lemah.

"Makanya saya juga disini tidak boleh lemah, selama 6 tahun biarpun sebelumnya saya hanya mengandalkan sedekahan dari pengunjung atau peziarah untuk memelihara makam ini, tapi saya harus kuat, saya harus semangat karena uang sedekahan ini adalah uang amanat yang harus saya pergunakan untuk memelihara makam ini," ungkap Asep.

Asep dipertegas menjadi juru kunci makam Cut Nyak Dien berdasarkan Surat Keputusan (SK) notaris H. Mauludin Achmad Turyana tahun 2006 terkait juru kunci di makam Cut Nyak Dien.

Setelah keluar SK tersebut, selain mengandalkan uang sedekah dari pengunjung dan peziarah, kini ia menerima bantuan dari Dinas Sosial Sumedang sebesar Rp 800 ribu.

"Saya bersyukur saja dapat Rp 800 ribu, dulu bapak saya hanya Rp 300 ribu, tapi setia menjadi juru kunci di makam ini," pungkasnya.

Asep yang memiliki seorang istri dan dua orang anak, kini masih setia menjaga makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Dien di tengah pandemi COVID-19. Padahal ia kehilangan para pengunjung ataupun peziarah.

"Sebelum pandemi biasanya untuk pemeliharaan makam dari sedekah pengunjung bisa dapat Rp 3 juta sampai Rp 4 juta tapi itu tidak tentu kadang Rp 500 ribu atau kadang Rp 50 ribu, sesusah apapun saya tetap jaga ini makam dan bertahan, saya punya rumah tapi pulang saya bisa satu minggu sekali atau satu bulan sekali," ujarnya.

(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads