Pemkab Sukabumi melalui Dinas Peternakan telah melakukan pengecekan ke lokasi matinya belasan burung pipit di Desa Sukaraja. Kesimpulan sementara, mereka menduga kematian burung pipit itu karena pestisida.
Peristiwa itu awalnya diketahui melalui rekaman warga yang kemudian diunggah melalui kanal Youtube Ganesha Adventure pada Kamis (29/7). Ahmad Yudha Ardiansyah sang perekam mengaku awalnya sempat waswas saat merekam kejadian tersebut, terlebih ia mendapat kabar kejadian itu berturut-turut sejak Selasa (26/7) hingga Jumat (30/7) pagi.
"Ketika dengar dari tetangga Selasa ada yang mati lima, terus Kamis mati 13 dan ada lagi mati dua, waswas. Pertama, takut flu burung. Kedua, takut virus Covid atau airnya tercemar. Karena saya juga punya kolam, takutnya saya makan ikan di situ," kata Yudha, Sabtu (31/7/2021).
Yudha menceritakan bangkai burung itu kemudian dibuang asisten rumah tangganya. Ia menyebut bangkai itu dibuang ke tempat sampah.
"Kemungkinan dibuang ke tempat sampah yang biasa diangkut kendaraan pengangkut sampah," ucap Yudha.
Dia membenarkan pihak Dinas Peternakan sudah melihat langsung lokasi matinya burung tersebut. Menurut Yudha, dinas membawa dokter hewan dan meneliti lokasi dan melihat bangkai burung yang didapat pada Jumat (30/7) pagi.
"Dinas peternakan dan dokter hewan, sudah ke rumah. Beliau-beliau ini mengecek informasi kemudian ada temuan dua lagi Jumat pagi, mereka lihat setelah dilihat awalnya belum bisa menyimpulkan matinya kenapa. Hanya katanya bersifat lokal tidak mewabah se-Sukabumi lebih ke lokal, begitu penjelasannya," tutur Yudha.
Menurut Yudha, pihak Dinas Peternakan juga akan memantau hingga satu minggu ke depan. Adapun sampel burung yang mati tidak bisa dicek di laboratorium.
"Kata beliau-beliau bakalan pantau sampai satu minggu ke depan. Kalaupun di cek laboratorium, katanya burungnya yang masih fresh, karena kalau sudah lewat 8 jam atau 12 jam biasanya sudah ada belatungnya untuk burung jenis pipit. Jadi misalkan matinya sore, ketemunya pagi, itu sudah ada belatungnya, sudah terkonfirmasi itu keterangan dari dokter hewan," ucap Yudha.
(sya/bbn)