Tak banyak orang yang rela terjun langsung menangani pasien positif COVID-19. Namun, hal itu pengecualian bagi Regina Jullyan (20). Mahasiswi ini sejak setahun belakangan rela membagi tenaga dan waktunya untuk berjibaku membantu merawat warga terpapar virus Corona.
Gadis asal Kampung Sukarasa, RT 01/05, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB,) itu menepis anggapan jika pasien COVID-19 harus dijauhi atau mendapat stigma.
Secara telaten, mahasiswi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) TNI AU, Bandung, itu merawat warga di sekitar tempat tinggalnya yang berjuang sembuh dari paparan COVID-19. Padahal ia tahu, dirinya berada di bawah bayang-bayang tertular virus tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Regina mulai mengabdikan diri merawat warga yang terpapar COVID-19 sejak Juni 2020. Kala itu, COVID-19 tengah berkecamuk. Meskipun faktanya setahun lebih ini belum juga terkendali.
"Awalnya saya terpikir dan tergugah buat membantu warga itu ya karena di kampung itu semua pada takut, kalau terpapar akan diasingkan," ucap Regina, beberapa waktu lalu.
Pintu masuknya agar dapat membantu warga yang terpapar yakni dari Satgas Penanganan COVID-19 RW 05 Desa Cibodas. Keluarga Regina juga mendukung, mengingat sang ayahnya turut menjadi relawan.
Untungnya apa yang dilakukan Regina tak sampai mengganggu aktivitas kuliahnya. Mengingat semua kegiatan akademis di sekolah dasar hingga perguruan tinggi dilakukan secara daring atau online.
"Alhamdulillah banyak dukungan juga, saya jadi semangat. Setidaknya keberadaan saya bisa meringankan dan menenangkan pasien," kata Regina.
Simak juga Video: Pedagang, Mahasiswa, Hingga Driver Ojol di Bandung Demo Tolak PPKM
Mahasiswi jurusan kebidanan itu bertutur perasaan takut terpapar COVID-19 sempat menyelimuti pikirannya. Perlahan nan pasti ia mampu menepis semua keraguan di dalam dirinya. Ia justru tenggelam makin dalam membantu mereka yang membutuhkan.
Berbekal ilmu dan pengalaman di perkuliahan, ia menyambangi satu persatu kediaman warga di sekitarnya. Tentu ia melengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD). Setiap hari ia mengecek kondisi warga yang tengah menjalani isolasi mandiri, mulai dari tekanan darah, suhu badan, hingga saturasi oksigen.
"Jadi tertular atau tidaknya itu sudah menjadi risiko kami sebagai relawan COVID-19. Intinya, insyaallah dengan niat ibadah dan yakin Allah yang akan melindungi kami dari COVID-19 ini apalagi kan kita sudah antisipasi dengan APD dan prokes," tutur Regina.
Banyak hal berkesan yang dialami Regina selama menjalani perannya sebagai relawan. Seperti interaksi pada orang-orang yang tak dikenalnya namun merasa dekat, hingga pasien yang seharusnya dirujuk ke rumah sakit tapi tak diterima lantaran ruang perawatan sudah penuh.
"Itu yang bikin sedihnya. Ada pasien yang dirujuk, tapi tidak bisa menerima pasien karena penuh. Semua yang saya temui sudah seperti saudara, sebisa mungkin akan saya bantu," jelas Regina.
Setahun berlalu, ia berkomitmen akan terus membantu warga di sekitar tempat tinggalnya. "Insyaallah akan terus berlanjut," ucap Regina.