Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjajaran (Unpad) melontarkan kritik bernarasi 'Kami bersama Jokowi, tapi boong'. Apa alasan mahasiswa mengunggah itu ke media sosial?
Ketua BEM FISIP Unpad Virdian menyatakan ada tiga pemantik yang membuat BEM Fisip Unpad mengunggah gambar itu. Pertama soal pernyataan vaksin berbayar, kemudian adanya BEM di Bali yang membela Jokowi dan menantang BEM lain.
Kemudian, kata Virdian, soal dipanggilnya BEM Universitas Semarang ( Unnes) oleh rektor usai mengunggah gambar 'King of Silent' dan 'Queen of Ghosting'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di mana kami melihat harusnya ada pembelajaran dari BEM UI ketika rektor memanggil bukan hal yang tepat, ternyata terulang kembali di Unnes mengkritik yang kemarin 'King of Silent dan 'King of Ghosting ' tapi kemudian ada panggilan atau represi bebas dalam kampus," ujar Virdian saat berbincang dengan detikcom via sambungan telepon, Jumat (16/7/2021).
Ada 10 gambar yang diunggah dalam satu unggahan di media sosial (medsos) Unpad. Dalam unggahan itu, BEM FISIP Unpad mengunggah sejumlah isu yang terjadi di Indonesia.
Isu pertama yang diangkat terkait Presiden anti kritik, yang kritik diserang buzzer. Kedua soal Presiden memakai baju adat namun justru menyerang masyarakat adat. BEM FISIP Unpad mengambil contoh kasus Effendi Buhing yang sempat ditangkap polisi.
Kemudian ada isu tes wawasan kebangsaan (TWK) KPK yang dalam unggahannya itu disebut ucapan Jokowi tak selaras dengan jajarannya. Lalu soal kasus COVID-19 saat ini, Jokowi yang disebut antilockdown. Terakhir , soal isu jabatan publik hingga komisaris BUMN dipegang orang dekat Jokowi.
"Itu belum semua," kata Virdian.
(dir/mud)