Cerita Air Langit dan Bakteri Mengancam Nyawa

Cerita Air Langit dan Bakteri Mengancam Nyawa

Baban Gandapurnama - detikNews
Selasa, 15 Jun 2021 09:34 WIB
Pamer Hasil Kerjanya, Petugas Kebersihan Ini Nekat Minum Air WC
Ilustrasi air minum (Foto: Global Times/iStock)
Bandung -

Diserang diare bikin Rini Wahyuni tak berdaya. Tubuhnya lunglai. Butuh tiga hari perempuan berusia 29 tahun ini memulihkan kembali kondisi kesehatannya.

"Badan lemas. Saya izin nggak kerja selama tiga hari," kata warga Kota Bandung ini saat mengisahkan penyakit diare yang dialaminya kepada detikcom, Selasa (15/6/2021).

Waktu itu, ia merasakan mual dan nyeri perut. Dia sering masuk-keluar kamar mandi di rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rini pun bergegas memeriksakan keluhannya tersebut ke dokter. "Ya kalau kata dokter ada bakteri, penyebabnya bisa karena makanan. Saya ingat, sebelum sakit itu, lupa cuci tangan saat makan," katanya.

Dokter memberikan obat untuk meredakan sakit dialami Rini. Semenjak itu, ia lebih maksimal menjaga kesehatan dan makin memperhatikan pola hidup bersih.

ADVERTISEMENT

"Pesan saya, cuci tangan sebelum makan dan minum. Selalu cek peralatan makan-minum. Jangan jajan sembarangan," tutur Rini.

Diare jangan dianggap sepele. UNICEF mengungkapkan sekitar 88 persen kematian berkaitan diare disebabkan air yang tidak aman, sanitasi dan kebersihan tak memadai. Perlu diketahui, sejumlah bakteri atau mikroorganisme yang biasa ditemukan di air antara lain Cryptosporidium, Anabaena, Rotifera, Copepoda, Escherichia coli (E.coli), Naegleria fowleri, dan Legionella pneumophila.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam katalog 'Statistik Lingkungan Hidup Indonesia (Air dan Lingkungan) 2020' menyebutkan penyakit diare sering disebabkan mengonsumsi air yang telah terkontaminasi, masalah sanitasi, dan kurangnya kebersihan tangan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yang dipublikasikan BPS, menunjukkan periode 2017 hingga 2019 jumlah pasien diare yang tertangani hanya berkisar 60 persen dari total perkiraan kasus diare yang terjadi.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat (Puslitbang UKM) Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes menyebutkan 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi E.coli. Hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dilakukan pada 2020 itu menunjukkan 31 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air isi ulang, 15,9 persen dari sumur gali terlindungi, dan 14,1 persen dari sumur bor atau pompa.

Simak juga 'Air Kolam Patirtan Candi Penataran Blitar Dipercaya Bikin Awet Muda':

[Gambas:Video 20detik]



Hak Mendapatkan Air Bersih

Indonesia Water Institute (IWI) menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak mendapatkan akses air bersih dan layak konsumsi. Pemerintah pun wajib menjaminnya.

"Akses mendapatkan air bersih ini yang dilindungi konstitusi Undang-undang adalah haknya mereka (masyarakat). Tugas kepala daerah memenuhi kewajiban konstitusi tadi," kata Ketua IWI Firdaus Ali dalam webinar sebagaimana ditayangkan akun airsanitasi via YouTube pada 20 April 2021.

Sekadar diketahui, hak atas air termuat dalam UN Declaration of Human Right of Water. Isi deklarasi tersebut membeberkan perihal hak asasi manusia tentang air diperlukan untuk menjamin kehidupan manusia yang bermartabat. Sedangkan lingkup Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, negara menjamin setiap warganya memperoleh hak atas air. Pada Pasal 33 ayat 3 berbunyi 'bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat'.

Firdaus bersuara lantang soal urusan air. Ia menyentil para kontestan yang bertarung di Pilkada. Firdaus menilai isu-isu berkaitan akses air bersih ini malah diabaikan.

"Dalam Pilkada itu tak ada janji 'nanti kamu diberi air bersih dan air layak konsumsi'. Ya karena kurang seksi (soal air)," ucapnya.

"Padahal sebetulnya, bila kepala daerah bisa membangun sistem yang merupakan kebutuhan dasar yang terpenuhi, di antaranya air bersih, sepanjang sejarah dia akan dicatat sebagai bupati dan wali kota yang mengukir legacy untuk kebaikan dan kesehatan masyarakatnya," tutur Firdaus menegaskan.

Ini Pentingnya Minum Air Putih Saat Menjalani Ibadah PuasaIlustrasi air mineral (Foto: iStock)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 menyatakan air bersih ialah air untuk keperluan higienis sanitasi yang memenuhi standar baku mutu kesehatan meliputi parameter fisik, biologi dan kimia.

Firdaus menjelaskan hal dasar membangun kesehatan masyarakat ialah ketahanan air. Pemerintah Indonesia, kata Firdaus, harus menjamin kesehatan warganya yang berjumlah 270 juta jiwa. "Ketahanan air ini menentukan ketahanan pangan dan energi," ujar Firdaus yang juga staf ahli Kementerian PUPR.

Berbicara air bersih layak konsumsi, Firdaus mengajak masyarakat turut mengawasi kualitas air minum yang beredar di pasaran, terutama produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Sebab, berdasarkan penelitian IWI, menurut Firdaus, masa pandemi COVID-19 ini masyarakat Indonesia mendapatkan sumber air minum dengan mengandalkan AMDK.

"Kita kalau minum air kemasan itu melihat beningnya saja. Jangan sampai tubuh ini dimasuki zat yang harusnya tidak ada," katanya.

"Perlu partisipasi masyarakat mengawasi kualitas AMDK. Masyarakat bisa melaporkan atau komplain ke BPOM dan Dinkes. Jika ditemukan kualitas tidak memenuhi standar SNI dan tidak sesuai baku mutu yang ditetapkan Kemenkes, pengusaha (yang mengelola AMDK) akan dapat sanksi," tutur Firdaus menambahkan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 menjelaskan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dijelaskan dalam aturan itu syarat air minum yakni tidak boleh mengandung bakteri. Air minum yang telah mengandung bakteri, terutama bakteri E.Coli, maka air tersebut dianggap telah terkontaminasi atau tercemar. Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan SNI yang termasuk dalam kategori AMDK yaitu SNI 6242:2015 Air mineral alami, SNI 6241:2015 Air demineral, dan SNI 7812:2013 Air minum embun.

Kita kalau minum air kemasan itu melihat beningnya saja. Jangan sampai tubuh ini dimasuki zat yang harusnya tidak ada. Ketua IWI Firdaus Ali

Firdaus menekankan edukasi secara masif kepada masyarakat mengenai hak atas air bersih layak konsumsi. Hal tersebut berkaitan dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dia mengajak masyarakat jangan diam diri kala menemukan dan konsumsi air minum yang berpotensi membahayakan kesehatan.

"Kebiasaan masyarakat kita ini menerima apa adanya soal air bersih dan air minum. Padahal bisa komplain kepada sistem. Harus edukasi juga, bila masyarakat tidak mendapatkan akses ke air layak dikonsumsi, mereka kemudian harus menyampaikannya kepada bupati dan wali kotanya," katanya.

Pihak IWI mendorong aparat berwenang menggalakkan tugas pokok dan fungsinya memperketat pengawasan AMDK dan produk air minum yang dijual produsen. "Kalau ada rasa (air yang dikonsumsi), kita bisa mendeteksi. Ada kandungan bahan pencemaran yang tak mampu dideteksi oleh lidah dan mata, tapi bisa dideteksi di laboratorium. Ini lah domain dari BPOM," ucap Firdaus.

Ada lima jenis sumber air terdiri air laut, hujan, permukaan, tanah dan mata air. Semua sumber air itu, Firdaus menjelaskan, bisa diolah dan diperbaiki kualitasnya sesuai standar baku mutu. Jika semua bauran air itu dikelola dengan baik, sambung dia, Indonesia tidak akan pernah krisis kekurangan air.

Ia mencontohkan pemanfaatan air hujan. Menurutnya, menampung air hujan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

"Jangan pernah menyia-nyiakan satu tetes air hujan keluar dari persil rumah kita. Tampung dan isi ke dalam tandan, nanti kita manfaatkan," ujar Firdaus.

Senada disampaikan peneliti dan dosen dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Sri Yusnita Irda Sari. Ia menyoroti bisnis Depot Air Minum (DAM) isi ulang.

Warga terbiasa mengonsumsi air mineral di depot isi ulang mesti memperhatikan kualitas air yang dibelinya sesuai standar baku mutu dan kesehatan. Bila air minum itu berdampak buruk terhadap kesehatan, kata Sri, warga jangan sekadar acuh.

"Masyarakat harus berani. Kalau janggal atau tak bagus (air isi ulang) bisa dilaporkan kepada pihak berwenang," ucap Sri dalam webinar yang sama.

Konsumen berhak mengetahui atau menanyakan sertifikat Laik Higienis Sanitasi (LHS), izin usaha dan surat hasil pemeriksaan uji coba laboratorium yang dimiliki pengusaha DAM isi ulang. Poin pentingnya, kata Sri, pemilik DAM mengedepankan kesadaran dan tanggung jawab perihal kualitas air isi ulang yang dijualnya sehingga aman dikonsumsi dan sesuai aturan berlaku.

"Sulit membedakan kualitas air apakah memenuhi syarat atau standardisasi berdasarkan fisik bening saja. Perlu kesadaran dari pengusaha dan pengawasan dari pemerintah," tutur Sri.

Air tercemar bakteri berisiko menimbulkan penyakit yang mengancam keselamatan nyawa. Masyarakat jangan lengah membentengi kesehatan tubuh.

"Akibat mengonsumsi air tak baik, bisa menyebabkan diare, gagal ginjal dan gangguan saluran kemih," kata dokter spesialis penyakit dalam, Kaka Renaldi, dalam acara yang sama.

"Air terkontaminasi bakteri E.coli berbahaya bagi kesehatan. Di Indonesia, kasus diare terbilang sangat tinggi, yaitu lebih dari dua juta total kasus pada 2019. Pada bayi dan balita, diare bahkan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian," tutur Kaka.

Berkaitan air kemasan dan isi ulang, Kaka mengimbau konsumen atau warga untuk memastikan air yang dijual produsen itu bersertifikat. "Kalau ada sertifikasi dari Permenkes, airnya aman. Kalau belum ada sertifikasi, saya rasa sama saja itu air dari sumber-sumber lainnya yang berbahaya," ucap Kaka menegaskan.

Simon dan Air Langit

Sedia toren sebelum hujan. Cara itu dilakoni Simon Yudistira Sanjaya sejak 10 tahun lalu. Ia sengaja menampung air hujan di area rumahnya.

"Istilahnya memanen air hujan," kata Simon kepada detikcom di kediamannya, Komplek Rajawali Plaza No 10, Jalan Rajawali Timur, RT 5 RW 4, Kelurahan Ciroyom, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Selasa (8/6).

Kini dia memiliki 7 toren berkapasitas 1.000 liter, 7 tong 120 liter, dan 20 tong 50 liter. Simon memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, mencuci, minum, dan menyiram tanaman.

"Saya ubah juga air hujan ini jadi layak minum. Namanya air langit. Air langit itu istilah untuk air minum yang diolah dari air hujan," ucapnya.

Simon Ubah Air Hujan Jadi Layak MinumSimon Yudistira Sanjaya memperlihatkan alat pengolah air hujan menjadi air minum. (Foto: Baban Gandapurnama/detikcom)

Air yang sudah ditampung itu tak sembarangan langsung diteguk masuk tenggorokan. Simon membagi jurus agar sumber air tersebut dijamin kebersihannya untuk minum.

Sewaktu hujan mengguyur, airnya mengalir dari atap rumah kemudian melintasi pipa yang terkoneksi ke toren atau tangki ragam ukuran. Namun, air tersebut tak langsung memenuhi isi toren. Simon butuh waktu sebentar membiarkan air hujan tumpah via saluran pembuangan.

"Air hujan dibuang selama sepuluh menit. Tujuannya agar tidak tercampur polutan debu dan zat asam," kata Simon.

Usai membuang air sesuai durasi tersebut, Simon bergegas menutup rapat lubang pipa pembuangan. Lalu, air hujan bergerak mengikuti alur pipa-pipa bercabang yang ujungnya disambut wadah penampungan.

"Toren dan tong air harus tertutup agar tidak terkontaminasi dan jadi sarang nyamuk. Pipa pemasukan air hujan pas lubang di toren air ditutup agar nyamuk tidak bisa masuk untuk bertelur," ucap pria lulusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan (Unpas) ini.

Beberapa tahun lalu, Simon mulai memodifikasi dan merakit peralatan untuk menyulap air hujan yang ia panen itu menjadi air layak minum. Ia melabelkan alatnya dengan nama 'Ci Langit'. Seperangkat alat sederhana itu terdiri nano filter 1 mikrometer yang berfungsi menyaring partikel dan bakteri, tabung sinar ultraviolet (UV) C 30 Watt untuk membunuh mikroorganisme (virus,bakteri dan jamur), serta pompa akuarium 25 Watt.

"Bakteri dan partikel lainnya tersaring. Kuman mati. Air hujan yang melewati proses ini bisa diminum atau layak dikonsumsi. Alat ini mampu menghasilkan 10 liter per menit," tutur Simon yang membanderol alat 'Ci Langit' itu seharga Rp 1,5 juta dan Rp 1,8 juta.

Simon Ubah Air Hujan Jadi Layak MinumAir hujan yang diolah Simon menjadi air minum. Dia menyebutnya air langit. (Foto: Baban Gandapurnama/detikcom)

Bapak tiga anak ini ogah gegabah mengolah air hujan menjadi air minum. Dia menyodorkan bukti berupa dua surat hasil uji laboratorium Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung yang diterbitkan pada 20 Oktober 2017.

Pihak UPT Laboratorium Kesehatan (Labkes) menguji kandungan kimiawi dan bakteriologi yang sampelnya air minum bersumber dari air hujan dipanen Simon. Uji laboratorium menyimpulkan air minum yang diperiksa UPT Labkes tersebut kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

Menurutnya, air hujan memiliki tingkat keasaman atau kebasaan 5,5 hingga 7 pH. Simon mengklaim selama meminum air olahan yang diproses alat tersebut tidak mengalami efek samping. Justru malah sebaliknya.

"Sepuluh tahun lalu saya ini cepat cape kalau bolak-balik Bandung-Jakarta. Badan ringsek. Saya coba rutin minum air hujan ini selama setahun. Sejak itu sampai sekarang, badan nggak terasa cape. Sebelumnya kolesterol dan trigliserida saya di atas angka normal. Cek darah dan urine di lab kesehatan menunjukkan semua normal," tutur Simon.

Keseriusan Simon memanen air hujan dan mengolahnya menjadi air minum terus bergulir. Bertepatan Hari Bumi, pada 22 April 2021, dia memperoleh gelar Magister Manajemen setelah menuntaskan sidang tesis di Sekolah Tinggi Manajemen Program Magister Manajemen (PPM) Jakarta. Tesis berjudul 'Strategi Pemasaran Produk Pembuat Air Langit Cilangit Yayasan SS Tahun 2021-2022' itu diganjar predikat memuaskan.

Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan tinggi. Maka itu, Simon menjelaskan, air hujan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif solusi penyediaan air bersih untuk masyarakat. Ia berharap memanen air hujan yang digeluti ini dapat menginspirasi warga lainnya.

"Pemerintah harus masif sosialisasikan pemanenan dan pengolahan air hujan untuk mencegah krisis air. Kelak harga air tanah bisa mahal dari minyak bumi. Air ini nggak ada penggantinya. Negara Singapura, Jepang dan Korea sudah memanen air hujan secara masif," katanya.

Simon mengungkapkan sejumlah manfaat memanen air hujan yang di antaranya menjaga kesehatan, menghemat uang pembelian air minum, mencegah penurunan muka tanah akibat penggunaan air tanah, mengurangi sampah plastik, meminimalisir banjir, dan perawatan tanaman hidroponik. Ia pun mengingatkan pentingnya air minum bersih dan layak minum untuk kesehatan.

"Air minum itu untuk daya tahan tubuh. Jadi jangan kekurangan minum. Masyarakat tahunya kan air minum itu dari air dalam kemasan atau memasak air. Padahal ada juga air hujan yang bisa diminum. Minumlah air langit demi masa depan anak dan cucu," tutur Simon mengakhiri obrolan.

Edukasi Masyarakat

Konsumsi air mineral yang disarankan yaitu delapan gelas berukuran 230 mililiter per hari atau total 2 liter. Sejumlah manfaat minum air delapan gelas sehari yakni dapat memelihara fungsi ginjal, menghindari dehidrasi, mengurangi risiko kanker kandung kemih, memperlancar pencernaan, perawatan kulit dan mengontrol kalori.

Solehudin (30), warga Kota Cimahi, Jawa Barat, memilih rutin membeli Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) untuk keperluan minum sehari-hari. Dia dan keluarga menghabiskan empat galon per bulan.

"Selama ini di rumah memang ada air sumur, biasanya digunakan untuk mencuci dan mandi. Tapi untuk kebutuhan minum, saya beli air galon. Belinya di swalayan," kata Soleh kepada detikcom, Senin (14/6).

Satu air galon pabrikan salah satu perusahaan AMDK itu harganya sekitar Rp 20 ribu. Jauh berbeda dengan air minum isi ulang yang harganya sekitar Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per galon.

Pegawai perusahaan swasta ini mengungkapkan alasan mengonsumsi AMDK merek terkenal ketimbang merogoh kocek membeli air minum di Depot Air Minum (DAM). "Saya pilih air minum kemasan galon itu karena kualitas terjamin dan layak dikonsumsi. Sejauh ini sih nggak ada efek samping atau memicu gangguan kesehatan," ucap bapak satu anak ini.

Ferdin (34), warga Kota Bandung, menjadi pelanggan DAM di dekat rumahnya lantaran beberapa pertimbangan. Salah satunya, dia berhemat fulus mengingat pekerjaannya sebagai buruh serabutan. Sebab, duit yang masuk dompetnya tak menentu setiap bulan.

"Air minum isu ulang lebih murah. Kata pemilik depotnya sih ini air gunung. Enggak sampai 10 ribu rupiah per galon. Ya hemat-hemat saja sih," kata bapak dua anak ini.

Dia menghabiskan lima galon sebulan. Air isi ulang tersebut khusus minum. Sedangkan keperluan mencuci, memasak dan mandi, Fedin memanfaatkan air sumur di area tempat tinggalnya.

Ferdin dan keluarga mengklaim sepanjang minum air isi ulang itu tidak merasakan gangguan kesehatan. "Sudah tiga tahun minum air isu ulang. Seingat saya nggak ada masalah yang imbasnya ke kesehatan," kata Ferdin.

Ketua Umum Asosiasi Bidang Depot Air Minum Isi Ulang (Asdamindo) Erik Garnadi mengungkapkan banyak DAM yang tidak mengantongi sertifikat Laik Higienis Sanitasi (LHS). Ia mencontohkan pengusaha DAM di Kota Bandung yang masih minim kesadaraannya mengurus legalitas penting tersebut.

"Data yang kami milik ada sekitar 136 DAM di Kota Bandung. Dari jumlah tersebut hanya dua persen yang memiliki sertifikat," ujar Erik melalui sambungan telepon, Senin (14/6).

Ia menjelaskan sertifikat tersebut resmi dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bandung. Selama ini, Erik dan Sekjen Asdamindo Imam Machfudi Noor turun tangan langsung memberikan edukasi dan mengajak pengusaha DAM di Kota Bandung agar melengkapi persyaratan legalitas usaha dan sertifikat LHS.

"Namun kenyataannya jarang ada yang mau. Mereka beralasan karena sudah ada Dinkes untuk urus-urus perizinan. Padahal niat kami merangkul dan membantu," ucap Erik sambil menambahkan air olahan yang dijual oleh DAM mayoritas bersumber dari air gunung.

Sejumlah penghuni apartemen di kawasan Pluit, Jakarta Utara, menggunakan air galon isi ulang untuk mandi. Hal tersebut karena air dari apartemen kurang baik.Ilustrasi galon air mineral. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)

Sebab itu, Erik mengatakan, tugas pemerintah mengedukasi, mengawasi dan menindak tegas pengelola DAM 'nakal' alias nihil legalitas. Tujuannya, dia menegaskan, demi melindungi kesehatan masyarakat.

"Kami sebagai asosiasi tidak bisa menindak. Masyarakat harus dilindungi dari bahaya mengonsumsi air minum yang tidak memenuhi standar baku mutu dan kesehatan," katanya.

Selain itu, Erik mengajak masyarakat berani meminta bukti dokumen sertifikat kepada pengelola DAM selagi bertransaksi. "Masyarakat kita ini kan sudah cerdas. Seharusnya mau bertanya soal izin usaha dan sertifikasi. Biasanya, kalau anggota Asdamindo, menempel atau memasang bukti sertifikat di tempat usaha, sehingga terlihat konsumen," ujar Erik.

Persoalan air minum yang tidak higienis jangan dianggap remeh oleh masyarakat. Bukan ingin menakut-nakuti, Erik mengingatkan masyarakat agar melindungi kesehatan dari aneka penyakit yang dipicu air tak layak minum.

"Dampaknya bukan dua atau tiga hari setelah minum air tidak higienis. Tapi terasanya lima tahun ke depan, bisa kena penyakit akibat bakteri E.coli," kata Erik menegaskan.

Syarat air minum aman bagi kesehatan masyarakat tertuang dalam Permenkes Nomor 492 Tahun 2010. Disebutkan bahwa air yang aman dan layak dikonsumsi harus memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif.

Syarat fisik dimaksud yaitu air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, harus jernih, dan suhunya di bawah suhu udara (Β±25Β°C). Syarat mikrobiologis yakni air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan bakteri koliform.

Syarat kimia artinya air minum tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia dan mineral yang berbahaya bagi kesehatan. zat kimia yang terkandung dalam air minum semacam besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan. Terakhir adalah syarat radioaktif, poin pentingnya yaitu kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l.

Air berpenampilan bening belum tentu terbebas dari bakteri. Begitu pun air bersumber dari air tanah dan PDAM yang dimasak dengan keadaan mendidih.

"Pengetahuan masyarakat cara merebus dan menyimpan air yang dikelolanya tidak baik. Warga merebus air itu tak mendidih, tidak menunggu tiga menit. Tempat menyimpan airnya dicuci dengan air yang terkontaminasi. Sekarang kualitas airnya baik, tapi dispensernya tidak bersih, ya terkontaminasi lagi," ujar peneliti dan dosen Fakultas Kedokteran Unpad Sri Yusnita Irda Sari dalam webinar sebagaimana ditayangkan akun airsanitasi via YouTube pada 20 April 2021.

Menyiasati air terhindar bakteri, Sri menyarankan masyarakat menggunakan alat filtrasi atau penyaringan bakteri. Pengolahan air dengan sistem filtrasi ini merupakan metode yang sederhana.

"Jadi, yang simple di rumah tangga (untuk air minum layak konsumsi) yaitu filtrasi," kata Sri.

Halaman 2 dari 4
(bbn/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads