Respons DPRD soal Jabar Dapat Nilai D Penanganan COVID-19

Respons DPRD soal Jabar Dapat Nilai D Penanganan COVID-19

Dony Indra Ramadhan - detikNews
Jumat, 28 Mei 2021 15:37 WIB
Poster
Ilustrasi virus Corona (Ilustrator: Edi Wahyono)
Bandung -

Penanganan COVID-19 di Jabar diganjar nilai D oleh pemerintah pusat. DPRD Jabar angkat bicara soal itu.

DPRD Jawa Barat menilai masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan Pemprov Jabar. "Saya sih terus terang sampai saat ini masih banyak PR ya Jabar ini yang belum selesai," ujar Anggota DPRD Fraksi PKS Abdul Hadi Wijaya saat dihubungi via telepon, Jumat (28/5/2021).

Salah satu yang menjadi faktor yakni belum adanya kepala dinas kesehatan definitif. Menurut Hadi, hal itu tentu berpengaruh besar terlebih dalam pengambilan keputusan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Covid ini basisnya adalah epidemiologi ilmu Kesehatan, bukan ilmu ekonomi, bukan apa. Ketika decision maker yang paham tentang kesehatan nggak ada, logikanya itu agak lambat, nunggu dulu masukan dari staf, kabid orang kesehatan. Ini sehingga koordinasi yang terkait dengan sosok kadis ini agak kendur. Itu pengamatan saya. salah satu faktor," tutur Hadi.

"Ini kalau dapat D, kita harus prihatin satu sisi dan kemudian segera dorongan semakin kuat segera diisi pos kepala dinas kesehatan," kata Hadi menambahkan.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Hadi menilai, adanya disparitas besar antara daerah di perkotaan dengan di luar perkotaan. Faktor ini juga termasuk banyaknya orang yang harus diurus oleh Pemprov Jabar.

"Ini jadi faktor dan gugus tugas pun harus sangat cermat di sini karena yang diurus banyak. Karena penduduk terpadat. Sementara Covid ini penyakit, yang tanda petiknya, tergantung pergerakan orang. Sementara Jabar ini pergerakannya padat se-Indonesia," ucapnya.

"Orang yang ke Jakarta, ke Jabar itu jutaan orang setiap hari. Kan penyakit itu dengan carrier-nya dengan pembawanya. Kemudian dengan kemarin mudik dilarang apapun, karena enggak akan bisa, banyak bocor kemana-mana. Jadi memang ini kombinasi banyak faktor," tutur Hadi melanjutkan.

Hadi juga berbicara mengenai sarana dan prasarana yang ada di Jabar. Menurutnya, ada ketimpangan sarana dan prasarana untuk wilayah perkotaan dan juga di pinggiran atau pelosok.

"Kemudian juga faktor keterbatasan sarana. Ketika bicara di kota bisa bicara tempat tidur banyak. Tidak termasuk Garut selatan dan lain-lain. Sementara Covid ini ada satu puskesmas misalnya, dia bertanggung jawab sekian desa. Di selatan Jabar, Garut selatan, Cianjur selatan sampai Sukabumi itu jumlah sarana prasarana terbatas," ujarnya.

Atas hal itu, termasuk penilaian dari Menteri Kesehatan, Hadi meminta agar Pemprov Jabar mengevaluasi secara menyeluruh. "Segera lakukan evaluasi menyeluruh. Gugus tugas sekda lengkapi semua kekurangan kemudian jangan berdalih. Cari solusinya," kata Hadi.

Sekadar diketahui, pemerintah pusat menyampaikan penilaian terhadap pengendalian pandemi virus Corona tingkat provinsi. Hasilnya, DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi yang mendapatkan nilai paling buruk.

Penilaian terhadap penanganan pandemi itu disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (27/5/2021). Data yang dipaparkannya berasal dari minggu epidemiologi ke-20 atau 16-22 Mei 2021.

Dalam rapat itu, turut ditampilkan slide show mengenai penilaian kualitas pengendalian pandemi. Kualitas pengendalian pandemi itu dinilai berdasarkan laju penularan dan level kapasitas respons.

Nilai kualitas pengendalian pandemi berkisar antara nilai paling baik yaitu A, sampai paling buruk yaitu E. Dante kemudian memaparkan wilayah-wilayah yang diberi penilaian soal pengendalian COVID-19. Tidak ada wilayah yang mendapat penilaian A ataupun B.

Dari 34 provinsi di RI, hanya DKI Jakarta yang diberi nilai E. Sementara itu, 10 provinsi diberi nilai C, sisanya mendapat nilai D. Jabar diberi nilai D dalam hal ini.

Akan tetapi, hal itu kemudian diklarifikasi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Budi menegaskan data tersebut bukanlah penilaian kinerja penanganan COVID-19 di daerah.

"Saya tegaskan, bukan, sekali lagi bukan penilaian kinerja dari daerah baik provinsi, kabupaten, atau kota," kata Budi dalam jumpa pers virtual, Jumat (28/5/2021).

Budi menjelaskan data tersebut merupakan indikator risiko yang digunakan Kementerian Kesehatan secara internal. Data itu, lanjutnya, digunakan untuk melihat laju penularan pandemi dan bagaimana kesiapan respons setiap daerah.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads