Harga kedelai di sejumlah wilayah Jawa Barat kembali naik, salah satunya di Kota Bandung dan Cimahi. Kenaikan harga kedelai ini bukan yang pertama kalinya. Pada Januari 2021 lalu kedelai impor juga dikabarkan naik, bahkan sempat berimbas pada aksi mogok para pengrajin tahu dan tempe di berbagai daerah.
Ketua Harian Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jabar Acuviarta Kartabi mengatakan produksi kedelai dunia memang berpengaruh pada harga kedelai impor. Seperti yang terjadi saat ini di Amerika Serikat.
"Pemicunya kita sudah mengetahui seperti kenaikan permintaan kedelai Tiongkok yang menyedot hasil produksi kedelai di negara-negara yang selama ini menjadi mitra impor kedelai kita. Kenaikan harga kedelai di Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin jelas karena ada kenaikan permintaan impor kedelai dari negara-negara lain yang juga mengimpor kedelai dari sana," kata Acuviarta saat dihubungi detikcom, Kamis (27/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kata dia, negara lain dapat mengantisipasi kenaikan harga kedelai dunia. "Jadi bagi sebagian negara kompetitor impor kita, kenaikan harga kedelai tidak masalah, karena harga jual produk antara dan produk akhirnya juga lebih tinggi atau masih menguntungkan," ucapnya.
Dia mengatakan, secara historis Indonesia telah ketergantungan pada negara-negara impor kedelai seperti Amerika Serikat, Brazil atau Argentina. Kebutuhan impor kedelai diprediksi mencapai 80 persen sementara ketergantungan kebutuhan kedelai dalam negeri atas kedelai impor nyaris mendekati 90 persen.
"Artinya mungkin kita terlambat mengembangkan jaringan impor kedelai diluar negara-negara produsen tersebut. Padahal kedelai juga diproduksi berbagai negara, seperti India, beberapa negara Amerika Latin lainnya," kata Acuviarta menambahkan.
Untuk mencegah kenaikan harga kedelai, menurutnya pemerintah harus segera mengambil tindakan dari masalah yang terus berulang ini. Apalagi, kata dia, konsumsi tahu dan tempe di Indonesia saat ini mencapai 2,5 sampai 2,6 juta ton per tahun.
"Dalam jangka pendek saya kira kita harus segera mencari sumber produsen kedelai di luar negara mitra impor tradisional kita, sehingga ke depan perubahan harga kedelai tidak terlalu sensitif dengan perubahan harga kedelai di Amerika Serikat sebagai negara produsen kedelai terbesar di dunia," kata Acuviarta.
Dia menilai, baik di sisi pemerintah dan importir kedelai kurang serius dalam merencanakan dan mencermati faktor-faktor pemicu kenaikan harga kedelai impor. Pasalnya, kata dia, kejadian ini masih sering terulang. "Katakanlah belajar dari penyebab kenaikan harga kedelai sebelumnya," ujarnya.
"Untuk itu pemerintah bersama importir kedelai harus cepat merespons kondisi ini. Karena kalau tidak, selain ada potensi kenaikan tingkat inflasi di dalam negeri akibat kenaikan harga tahu dan tempe, juga upaya menstabilkan stok dan kelancaran pasokan dalam jangka pendek," jelasnya.
Di sisi lain, Acuviarta mengatakan, peran Kementerian Perdagangan sangat diharapkan. Menurutnya, mereka harus memiliki program-program contingency sebagai bagian mitigasi risiko untuk komoditas impor pangan strategis seperti kedelai.
"Kejadian ini bukan baru ini saja, sudah pernah terjadi sebelumnya, harusnya Kemendag sudah punya plan A dan Plan B dari kondisi saat ini. Apalagi Mendag kan mantan Dubes RI di AS, tentu ada alternatif dan komunikasi yang dapat dibangun terkait kenaikan harga kedelai impor ini," tuturnya.
Sementara itu, di tingkat Pemerintah Daerah, pihaknya menyarankan agar melakukan investigasi mendalam terkait kenaikan harga kedelai di pasar. "Artinya apakah ada faktor spekulasi harga ditingkat importir dan perdagangan kedelai di pasar, di luar rasionalitas dampak kenaikan harga impor," ujarnya.
Dia menduga, kenaikan harga kedelai tidak seluruhnya akibat faktor kenaikan harga kedelai dunia. Tetapi, kata dia, ada faktor spekulasi memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan justifikasi kenaikan harga kedelai impor.
"Saya kira satgas pangan juga harus melihat ke pasar, jangan sampai ada penimbunan dan lain sebagainya yang bisa menyebabkan kenaikan harga kedelai menjadi melambung tinggi," katanya.
Dia mendorong pemerintah untuk segera mengambil kebijakan dan tak lupa melihat potensi petani kedelai lokal. "Eskalasi kenaikan harga kedelai ini harus cepat diambil keputusannya, apa solusi yang akan ditawarkan oleh pemerintah. Termasuk kebijakan untuk mendorong petani kedelai lokal," tandasnya.
(mso/mso)