Jauh dari keluarga saat momen Idul Fitri 1442 H turut dirasakan oleh para tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung.
Di saat banyak yang mengeluh lantaran tak bisa mudik, para nakes ini bahkan tak bisa pulang ke rumahnya karena harus mengabdi dengan merawat para pasien di masa pandemi COVID-19 ini.
Sudah 16 tahun, Budi Wahyudin nyaris tak pernah pulang ke rumahnya saat lebaran. Pekerjaannya sebagai perawat, menuntutnya untuk tetap bekerja sepenuh hati meskipun hari raya Idul Fitri tiba.
"Setiap tahun saya selalu jaga lebaran, hari pertama, hari kedua, saat takbiran. Anak saya sampai menanyakan, kenapa ayah tak pernah ada di rumah saat lebaran," kata Budi saat berbincang dengan awak media sesi pertemuan virtual, Selasa (18/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, dikatakan Budi lebih sendu. Suara takbir yang menggema di berbagai penjuru Kota Bandung, kian menyayat hatinya mengingat sang istri baru melahirkan anak ketiganya. Di saat yang bersamaan, ia juga harus merawat para pasien yang terpapar virus Corona di General Intensive Care Unit (GICU) COVID-19 RSHS.
"Ketika lebaran itu berat, karena ketika hari raya tidak bisa bertemu sanak saudara. Istri melahirkan anak ketiga kami. Di rumah saya memang ada keluarga, ada ibu yang lagi sakit. Kalau lebaran enggak bisa pulang. Enggak bisa mudik, kebayang istri yang baru melahirkan, pasti repot. Tetapi istri memahami bahwa ini tugas dan panggilan saya sebagai perawat," ujar pria asal Karawang itu.
Kebetulan ketika lebaran tiba, ia dihadapkan dengan pasien yang mengalami penurunan tanda vital. Meski rindu keluarga, ia harus tetap tegar dengan tetap bersiaga memasang peralatan dan memberikan obat bagi pasien tersebut.
"Kita tetap di ruang COVID-19 tetap menghubungi keluarga, karena keluarga pasien juga harus tahu kondisi pasien ketika terjadi penurunan tersebut," katanya.
Untuk membalas rasa rindu dengan keluarga, Budi hanya bisa menyapa dengan video call di hotel Grand Preanger yang menjadi fasilitas tinggal bagi para perawat COVID-19. "Ketika mengetahui istri sehat, bayi sehat, alhamdulillah saya sangat merasa bersyukur," tuturnya.
Sama halnya dengan Budi. Tri Karyadi, ia merupakan dokter residen Obgin RSHS. Saat takbir berkumandang, ia harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan ibu yang mengalami gawat janin. Kondisi COVID-19 juga membuatnya harus mengenakan APD level tiga sambil melakukan penanganan.
"Perasaannya sedih hanya yang namanya tugas harus dilakukan, banyak orang yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar, saya petugas medis untuk berkumpul dengan istri di hari raya saja sulit, tetapi yang namanya tugas harus tetap dilakukan," ujar Tri.
Pria asal Wates Kulonprogo, Jawa Tengah itu memiliki istri yang tengah mengandung janin berusia empat bulan. "Memang banyak sukadukanya saat berjaga di hari raya, tetapi mau tidak mau, itu harus dijalani terutama saat libur," kata Tri.