Sudah seminggu ini Anis (50) berjualan mainan anak-anak di kawasan RTH Citepus, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pria asal Sumatera itu terpaksa berjualan asongan setelah armada angkutan bus tempatnya bekerja dilarang beroperasi usai aturan larangan mudik diberlakukan.
Anis adalah sopir bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) di Bandung. Ia bekerja di salah satu perusahaan otobus ternama di Kota Kembang Bandung. "Sampai sekarang masih (status karyawan) sopir, lantaran ada larangan mudik dua pekan ini berhenti bekerja. Sementara sudah mau lebaran, pemasukan enggak ada," tutur Anis saat ditemui detikcom.
Saat menjadi sopir, Anis mengaku kerap ngetem di Terminal Leuwipanjang. Bus tujuan Bandung-Medan yang biasa ia kemudikan terpaksa parkir di pool karena adanya aturan larangan mudik padahal saat menjadi sopir, ia bisa mengantongi Rp 1,5 juta - Rp 2,5 juta satu minggunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas menganggur, Anis putar otak. Ia menguras sedikit uang simpanannya lalu dibelikan mainan anak-anak dan barang-barang lainnya. Ia lantas pergi ke kawasan wisata Palabuhanratu dengan harapan banyak pembeli.
"Per trip dibayarnya pulang pergi, rata-rata satu miggu bahkan bisa dapat Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. Sekarang boro-boro, seminggu aja dapat Rp 100 ribu sudah untung. Perhitungan saya, akhir pekan seperti sekarang ramai tahunya pengunjung juga dibatasi," keluhnya.
Anis menjual berbagai mainan anak-anak, mulai dari perahu hingga mobil-mobilan plastik. Selain itu pernak-pernik untuk kebutuhan di pantai juga ia jual, seperti kacamata dan topi pantai
"Seumur-umur baru saya berjualan dagangan begini, dari dulu jadi sopir. Karena ada aturan sekarang akhirnya ya begini, anak istri perlu makan. Daripada kerja enggak benar ya mendingan begini walaupun keuntungannya enggak banyak," sambungnya.
Anis mengaku sementara dia mengontrak di kawasan perkampungan tidak jauh dari lokasi wisata di Citepus bersama temannya yang juga penjual asongan. Biaya bulanan ditanggung berdua, begitu juga dengan makan sehari-hari.
"Ngontrak berdua satu kamar, teman sama-sama perantau jadi perih sedihnya bisa barengan. Kalau anak-istri tinggal di Pekalongan. Lah saya akhirnya bingung, pulang enggak bisa mau bertahan juga sulit, pasrah aja semoga ada rejekinya," pungkas Anis.
(sya/bbn)