Kebijakan pemerintah melarang mudik tentu berpengaruh besar terhadap pendapatan para awak angkutan bus antar kota. Larangan mudik mulai tanggal 6-17 Mei 2021, praktis membuat penghasilan mereka hilang. Padahal masa Lebaran biasanya masa panen bagi para awak angkutan tersebut.
Beragam kisah diungkapkan para awak angkutan terkait pahitnya kebijakan itu. "Tahun lalu saya sampai menggadai sepeda motor untuk menutup kebutuhan Lebaran. Beli baju anak-anak dan kebutuhan lainnya," kata Dasep Supriatna (45) sopir bus Pangandaran-Bandung, Kamis (29/4/2021).
Untuk tahun ini dia mengaku masih kebingungan untuk menutup kebutuhan Lebaran keluarganya. "Bingung mau jual apa lagi, motor yang digadai tahun lalu juga belum ditebus," ujar Dasep.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian dia berharap sisa waktu sebelum pelarangan operasional bus berlaku, bisa memberinya rejeki yang cukup. "Ya kan mulai liburnya tanggal 6 Mei nanti, masih ada waktu mudah-mudahan saja ada rejekinya," kata Dasep.
Lain lagi cerita Juanda (62), sopir bus Banjar-Jakarta warga Kecamatan Cidolog Ciamis. Dia mengaku mendapatkan hikmah di balik kebijakan yang dianggap menyengsarakan awak angkutan umum itu.
"Puluhan tahun jadi sopir bus, selama itu juga saya Lebaran di jalan. Nah sekarang bersyukur, bisa Lebaran di rumah berkumpul bersama keluarga," kata Juanda.
Sebelum pandemi Corona, masa mudik Lebaran adalah saat yang sibuk bagi Juanda. Bahkan di malam takbiran dia masih dalam perjalanan menuju Jakarta.
Baru pada siang harinya, dia bisa pulang. Di masa H-7 sampai H+7 itu, Juanda bisa membawa pulang uang sekitar Rp 400 ribu per hari. Pendapatan itu terdiri dari upah sopir dan bonus. Namun dengan adanya kebijakan larangan mudik, semua penghasilan itu hilang. "Ya sekarang mah tidak ada, jalan juga nggak," kata Juanda.
Namun demikian Juanda mengaku pasrah. Dia mengaku masih bisa bertahan hidup dengan mengisi hari liburnya dengan bertani di kampungnya. "Sekarang juga lagi libur, ini baru pulang dari ladang memanen pisang. Sebagian mau dijual, sebagian mau dibuat sale pisang buat nanti Lebaran," kata Juanda.
Dia bersyukur dengan kehidupannya karena tinggal di kampung. "Kalau di kampung mah, kita bisa menahan pengeluaran. Masih bisa tak mengeluarkan uang dua hari. Makan seadanya, asal ada beras, makan dengan lalap sambal pun jadi. Disyukuri saja, kan zamannya lagi susah begini," kata Juanda.
Lain lagi cerita Yudi, kondektur bus Banjar-Jakarta warga Kota Banjar. Dia mengaku sudah sejak Lebaran tahun lalu tidak bekerja. "Keluar dari perusahaan tidak, tapi tidak jalan. Mungkin karena efisiensi jadi kondektur tidak dipekerjakan," kata Yudi.
Untuk menyiasati kondisi itu, Yudi memilih membantu istri membuka warung kecil-kecilan di rumahnya. "Sekarang mah bantu istri jualan, daripada menganggur. Mudah-mudahan nanti kalau situasi normal saya bisa jalan lagi," kata Yudi.
Sementara itu Kepala Pool Bus Budiman Pangandaran Ajat Hidayat mengatakan ada sekitar 200 awak angkutan di perusahaannya yang terdampak oleh kebijakan larangan mudik. "Jumlah sopir dan kondektur ada sekitar 200 orang. Mereka bekerja di 6 trayek Pangandaran-Serang, Pangandaran-Tangerang, Pangandaran-Depok, Pangandaran-Cikarang, Pangandaran-Bandung dan Pangandaran-Bekasi," kata Ajat.
Dia mengatakan mulai tanggal 6-17 Mei 2021, armada bus perusahaannya berhenti berkaitan dengan kebijakan larangan mudik. "Sekarang bantuan pun tak ada, kalau tahun lalu ada kan bantuan dari Korlantas atau bantuan lainnya. Nah sekarang kan tidak ada," kata Ajat.
Ajat mengakui situasi ini membuat para awak angkutan kelabakan, karena mereka kehilangan penghasilan justru di waktu yang sudah dinantikan. "Ya kami juga tak bisa berbuat banyak karena itu sudah menjadi kebijakan pemerintah," kata Ajat.
Namun demikian untuk sedikit mengurangi beban awak angkutan, Ajar mengatakan pihak perusahaan tengah mengupayakan pemberiaan THR. "Pemberiaan THR sedang diusahakan, Insya Allah ada untuk awak angkutan kami," kata Ajat.
Simak juga 'Terkuak! Ini Alasan Polisi Tindak Travel Gelap Sebelum Larangan Mudik':