Rumah reot milik Siti Nuraida atau Aida (16) yang hampir ambruk di Cimanggu, Pandeglang, Banten akhirnya dibongkar. Warga setempat, rencananya secara swadaya membangun kembali tempat tinggal yang lebih layak untuk gadis kelas X SMK itu setelah mendapat bantuan dari Pemprov Banten.
"Ya kang, pas minggu kemarin kami galang donasi Alhamdulillah sudah dapat bantuan langsung dari Pemprov Rp 20 juta. Sekarang rumahnya sudah dibongkar sama warga," kata Wardi Kurniawan, guru sekolah Siti Nuraida saat berbincang dengan detikcom di Pandeglang, Banten, Selasa (6/4/2021).
Wardi mengaku uang bantuan itu langsung dialokasikan untuk pembangunan rumah supaya muridnya bisa lebih nyaman ketika belajar. Ia sudah meminta bantuan ke warga setempat agar ikut membantu gotong royong membangun kembali tempat tinggal untuk Aida agar lebih layak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga juga Alhamdulillah mau pada ikut bantu gotong royong. Yang penting anaknya bisa punya tempat tinggal yang lebih baik dulu kang, supaya enggak khawatir lagi kalau hujan gede enggak takut bocor segala macem," ungkapnya.
Meski sudah mendapat bantuan untuk renovasi rumah Aida, Wardi menyatakan ia bersama warga yang lain masih terus menggalang donasi. Ia ingin masa depan muridnya ini bisa terjamin, minimal dengan punya usaha kecil-kecilan miliknya sendiri.
"Donasi terus berjalan kang. Intinya, mudah-mudahan rezeki anak ini bisa dibukain jalannya, terus keluarganya juga enggak perlu khawatir lagi mikirin bagaimana nasib anak ini ke depannya," ucap Wardi.
Sebelumnya, seorang siswi SMK di pelosok Pandeglang harus tinggal sendirian di rumah reot yang hampir ambruk. Dia memilih untuk menetap di sana lantaran bangunan itu merupakan satu-satunya rumah peninggalan keluarga.
Kisahnya bermula saat Aida masih berusia 2 tahun. Saat itu, ibunya meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Tak lama setelah kepergian sang ibu, ayah Aida memilih untuk menikah lagi dengan perempuan lain dan meninggalkan Aida beserta kakak perempuannya di rumah tersebut.
Aida pun melewati masa kecilnya hanya berbekal pengawasan dan pemberian kasih sayang dari kakak perempuannya. Sesekali, sanak keluarga yang bertetanggaan dengan rumah Aida juga ikut memantau tumbuh kembang gadis tersebut.
Beranjak remaja, tepatnya saat Aida sudah masuk SMP, kakaknya memutuskan menikah dan ikut tinggal di rumah suaminya. Sejak itulah, Aida harus berjuang hidup sendirian di rumah reot tersebut sembari menimba ilmu di sekolah.
Rumah Aida yang sudah reot pun hanya berukuran 6X8 meter. Bangunan berbahan kayu dan bambu itu memiliki 5 ruangan yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.
Kondisinya juga begitu memprihatinkan. Rumah yang berdiri puluhan tahun itu sudah hampir ambruk lantaran condong ke arah depan. Bahkan, gentengnya banyak yang bocor akibat jarang diperbaiki.
Meski tinggal sendiri, Aida tak pernah mengeluh. Ia mengaku bersyukur masih dikelilingi oleh sanak keluarga yang tetap memberikan kasih sayang sejak kecil kepadanya. Bahkan untuk kebutuhan sehari-hari, keluarganya tidak pernah segan membukakan pintu rumah untuk gadis berusia 16 tahun tersebut.
Di usianya yang masih belia, tanggung jawab Aida makin tambah berat sejak awal tahun 2021. Kakak perempuannya bercerai lalu memutuskan untuk merantau ke Jakarta mencari pekerjaan. Karena urusan kerja, sang kakak lantas menitipkan anaknya yang masih berusia 8 tahun kepada Aida.
Aida pun hanya dibekali uang kiriman sebesar Rp 800 ribu per bulan dari kakaknya. Uang itu, harus diatur oleh Aida supaya mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari beserta uang jajan untuk keponakannya.
Tonton juga Video: Potret Kehidupan Sang Legenda Tinggal di Istana Reyot