Status rumah yang digeledah polisi di Sukabumi akhirnya terkuak. Rumah itu sempat ditinggali oleh terduga teroris inisial BS yang ditangkap aparat Densus 88 di Jakarta.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran, mengatakan empat orang yang ditangkap polisi itu adalah ZA, BS, AJ, dan HH. Dia menjelaskan kode 'takjil' itu saat mengungkap peran BS.
"Peran BS adalah mengetahui pembuatan handak dan cara membuat handak menyampaikan kepada saudara AJ terkait dengan takjil, mereka mengistilahkannya dengan istilah takjil, setelah dicampurkan yang akan menghasilkan bom dengan ledakan besar," ucap Fadil dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (29/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama BS terungkap setelah sang istri inisial SA, ia mengaku baru menikah dengan BS selama 1,5 tahun. Hasil pernikahan itu ia dikaruniai 1 orang anak, selama bersama BS mengaku bekerja sebagai sopir pengantar makanan.
"Tahunya kerja di restoran, sopir pengirim barang bertemu seminggu sekali. Tidak tahu pasti apa aktivitasnya," tutur AS kepada detikcom, Senin (29/3) malam.
Rumah bercat hijau itu milik Abas, mertua BS. AS juga membenarkan polisi menggeledah setiap sudut rumah dan mengamankan beberapa barang bukti termasuk topi bertuliskan Alumni 212 dan kaus bergambar Habib Rizieq Shihab.
"Ada baju, topi ada serbuk arang, paralon dan kabel. Didapat dari kamar dan dapur kalau golok punya bapak (mertua BS)," kata AS.
AS tidak tahu fungsi barang-barang tersebut, dia mengatakan barang-barang itu dibawa suaminya dari Jakarta. "Dibawa dari Jakarta bukan dibuat di sini, mudah-mudahan ada keadlian (untuk suami)," lirihnya.
Selama tinggal di rumah tersebut, BS terbilang sangat tertutup. Tidak banyak warga yang mengenalinya, setiap di Sukabumi ia hanya berdiam diri di rumah mertuanya itu. Meski sesekali warga bertemu dengannya saat menjalankan salat di masjid terdekat.
"Orang yang bersangkutan baik di sisi masyarakat, hanya memang orangnya enggak bergaul sama tetangga-tetangga di sini. Paling saya sendiri dengan masyarakat yang lain ketemunya di masjid. Kalau ke masjid ia (bertemu) selagi dia ada di rumah," kata Ujang Solehudin (50), warga setempat.
"Kalau dia di sini paling (satu bulan) sekali, kadang dua kali. Kalau sedang disini pasti ke masjid setiap waktu bertemu (di masjid)," imbuhnya.
(sya/mud)