Aksi Chatrina Abrida Sidabutar atau Etin (9) viral di media sosial (medsos). Video Etin 'gombal' kepada pembeli saat berjualan permen jahe disebar sejumlah akun Instagram di Kota Bandung.
Idah Masidah (38), ibu Etin, kaget saat mengetahui video anaknya itu membetot perhatian publik. "Enggak menyangka," kata Idah saat ditemui di rumahnya, Jalan Mohammad Toha, Kota Bandung, Rabu (17/3/2021).
Ia mengakui sang putrinya memang pintar meluluhkan hati pembeli. Idah menyebut cara Etin berjualan permen pun terbilang unik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia pintar, ngomong dan bahasanya. Orang gimana-gimana, dia perhatiin, ngomongnya gini-gini. Terus bilang ke saya, Etin harus gini harus gini ya, supaya jualannya cepat pulang, yang belinya satu kresek," tutur Idah.
Idah menegaskan tidak pernah memaksa agar anaknya berjualan. Etin berinisiatif menjual permen tersebut. "Katanya yang penting Etin tidak ngemis, tidak ngamen. Kalau dagang halalkan," ucap Idah.
Dalam video yang viral itu, Etin begitu piawai berbicara mempromosikan permen. Idah mengaku selama ini tak mengajarkan jurus marketing kepada putrinya tersebut.
"Enggak diajarin, anaknya tuh kreatif. Tahu saja gimana caranya meluluhkan pembeli," ucap Idah.
Sekadar diketahui, Etin saat ini duduk di bangku kelas tiga SD Pasawahan. Aktivitas Etin berjualan permen sudah berlangsung sejak kelas satu SD atau semenjak ibunya kena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di salah satu pabrik tekstil, kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
"Saya bekerja di pabrik sebagai buruh. Pabriknya bangkrut, terus enggak dibayar. Bikin warung kecil-kecilan, pakai lemari kecil, lama kelamaan berkembang, dari satu lemari kecil, jadi tiga lemari kecil. Ada uang Jamsostek sekitar Rp 2,5 juta, dibeliin bahan-bahan ini buat warung, sampai berjalan sekarang," ujar Idah.
Rupanya, sejak Idah membuka warung rumahnya, Etin tertarik ikut berjualan. "Etin minta dimodalin beli permen, permen kan modalnya enggak begitu besar. Modal Rp 100 ribu, berkembang-berkembang. Tadinya juga jualan permen jahe hanya dua kilogram, sekarang satu bal 10 kilogram setiap bulan," katanya.
"Jahenya dibeli dari Sukabumi, langsung yang bagus. Kalau dulu belinya di pasar, yang ada hadiah gelas. Tapi lama kelamaan, jahenya kecil, otomatis ada komplain karena permennya kekecilan. Akhirnya, sekarang bikin yang bagus," ucap Idah menambahkan.