Teriakan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengancam akan menyantet KSP Moeldoko disambut riuh tepuk tangan peserta yang hadir di kantor DPP Demokrat pada Minggu (7/3). Ancaman santet imbas kongres luar biasa (KLB) ini viral dan jadi perbincangan.
"Kalaupun perintah lain kami harus turun berdemo, kami siap. Santet Banten akan dikirim untuk KSP Moeldoko, terima kasih," ucap Iti, yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Banten.
Dilansir CNNIndonesia.com, Iti Octavia Jayabaya meluruskan ucapannya yang berniat mengirim santet kepada Moeldoko. Iti menjelaskan ucapannya soal santet itu merupakan bentuk luapan emosinya menanggapi KLB Sumatera Utara yang menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Omongan santet merupakan puncak kekesalan kita DPD Demokrat Banten. Itu hanya bentuk ancaman kita, tapi tidak ada niatan kita melakukan hal tersebut. Kita merasa kesal dan emosi, karena kudeta KLB Demokrat yang dilakukan oleh Moeldoko," kata Iti di Banten, Senin (8/3).
Di luar soal ucapan dan ancaman Bupati Iti ke Moeldoko, eksplisit dalam pernyataannya bahwa Banten sebagai daerah yang bisa memproduksi santet. Sebuah magi yang memiliki tujuan membuat orang lain sakit secara fisik, mental, bahkan hingga kematian. Lalu Banten, yang selama ini dicitrakan religius, apakah memang terpandang atas magi dan santetnya?
Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Ayatullah Humaeni yang disertasinya berjudul 'Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Magi Banten' membenarkan pertanyaan di atas. Sebelum Islam masuk ke tanah Banten, yang memiliki kepercayaan Hindu-Buddha, daerah ini memang lekat dengan keyakinan magi, kekuatan gaib supranatural dengan aneka mantra-mantranya.
"Bukan sejak Islam masuk jadi kuat, sebelum Islam masuk pun keyakinan orang Banten ke magi itu sudah kuat. Kalau kita baca sejarah Banten di manuskrip, ada mitos Sultan Hasanuddin mengadu kesaktian dengan Pucuk Umun. Kalau kita simbolkan, di balik cerita itu menunjukkan Banten itu mengunggulkan kekuatan magis," kata Ayatullah saat berbincang dengan detikcom di Serang, Jumat (12/3).
Simak video 'Heboh! Dugaan Ritual Aliran Sesat di Pandeglang Banten':
Ayatullah berpendapat, proses islamisasi di Banten beda dengan daerah lain di Jawa yang menggunakan medium wayang kulit untuk memperluas penyebaran agama. Islamisasi di sini tidak lepas dari penggunaan magi untuk mengungguli magi lokal. Dalam disertasinya disebutkan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan praktik seperti ibadah, tapi juga ada hal-hal yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kekuatan magi.
Penggunaan magi ini termasuk untuk menarik masyarakat Banten yang kental akan mistiknya untuk memeluk Islam. Makanya, dalam masa kepemimpinan tradisional, yang berpengaruh di hati masyarakat bukan hanya yang mengajarkan ilmu agama, tapi juga pada tokoh memiliki kekuatan yang disebut magi. Dan belakangan, tidak mengherankan jika di Banten bertebaran ahli magi, mulai yang disebut kiai ahli hikmah, orang pinter, jawara, hingga dukun.
Lantas dalam perjalanannya, terjadi akulturasi antara magi dan budaya lokal. Muncul kemudian tradisi magi dengan aktor seperti disebutkan di atas. Pemanfaatan magi yang mereka miliki pun berbeda. Kekuatannya bisa untuk hal positif, mulai dari perlindungan, pengobatan, ilmu kebal, penglaris, pelet, hingga mencelakai orang seperti santet.
Kalau saya bilang magi itu netral, dia jadi black atau white tergantung penggunaannya.Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Ayatullah Humaeni |
Kiai ahli hikmah, misalnya, menggunakan magi melalui doa atau bisa untuk hal positif seperti perlindungan. Sebaliknya, dukun menggunakan magi, ada yang untuk menolong dan mencelakakan orang dengan mantra-mantranya. Makanya kemudian dikenal santet, teluh termasuk pelet.
"Perbedaannya lebih ke sumber dan pemanfaatannya. Kalau saya bilang magi itu netral, dia jadi black atau white tergantung penggunaannya. Kalau digunakan positif yang perlindungan, ada untuk hitam mencelakakan," ujar Ayat.
Di Banten, tidak aneh kenapa di setiap kampung memiliki orang yang dituakan yang dipercaya memiliki kekuatan magi. Bahkan, itu ada sampai saat ini, serta jadi hal lumrah untuk sebagian besar orang. Di beberapa daerah ada yang menyebutkan 'kokolot' atau ada yang menyebut sesepuh kampung, ahli hikmah dan kiai.
Tapi, menurut Ayat, ada beberapa daerah di Banten yang identik dengan magi yang sangat kuat. Saat menyusun disertasi yang kemudian dibukukan ini, Ayat melakukan penelitian di Kabupaten Lebak, misalnya di Kecamatan Sajira serta di Kabupaten Serang, tepatnya di Kecamatan Bojonegara, Padarincang, dan Ciomas.
"Masing-masing punya citra. Bojonegara dari dulu terkenal sejak saya kecil, black magic. Kemudian Sajira, Ciomas, Kalumpang di Padarincang. Kalau ada keperluan untuk tadi (kekuatan magi), biasanya ke tiga wilayah itu," katanya.
Dua kecamatan di atas, yaitu Sajira dan Bojonegara, bahkan jadi lokasi penelitian guru besar kriminologi Universitas Indonesia Prof Tb Ronny Rahman Nitibaskara untuk disertasinya. Kriminolog pembahas pasal santet di RUU KUHP ini menulis soal sebuah kajian kriminologi-antropologi 'Reaksi Sosial terhadap Tersangka Dukun Teluh di Pedesaan Banten Jawa Barat (tahun 1985-1990): Studi Kasus Desa S dan A Kecamatan Sajira dan Bojonegara.